Sabtu pagi. Saya dan kawan kawan CT akademik merelakan bangun
pagi dan mandi pagi pagi demi jalan jalan ke Bukit Nglanggeran. Jam 6 WIM (Waktu Indonesia Molor) atau tepatnya jam
setengah tujuh lebih beberapa menit kami sudah bersiap di tugu teknik untuk
berangkat dengan membawa bekal yang apa adanya banget. Tas yang juga apa
adanya, tidak sebagaimana layaknya orang mendaki.
Bukit tersebut terletak di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, berhabitat di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk dengan jarak tempuh 22 km dari kota Wonosari. Medan menuju kesana mudah dilalui karena jalannya sudah beraspal, hanya harus berhati-hati saja dengan beberapa tikungan mesra yang ada seperti layaknya jalan menuju bukit. Kami berangkat kesana melalui jalan Jogja-Wonosari. Rutenya adalah lurus saja ke arah Wonosari kemudian ada pertigaan belok ke kiri. Beberapa saat kemudian kita akan sampai di bukit bintang. Dari situ masih naik sampai menemui Polsek Patuk dan GCD FM, melewati tanjakan, kemudian belok kiri arah ke Stasiun Relay Indosiar Desa Ngoro-oro. Nanti ada petunjuk arah dengan tulisan Nglanggeran. Ikuti saja jalan sampai Puskesmas Patuk II atau biasa disebut Puskesmas Tawang kemudian belok kanan. Ikuti jalan dan sampailah di Desa Nglanggeran dimana Bukit Nglanggeran a.k.a Gunung Api Purba berada. Bentuknya berupa bongkahan batu raksasa. Batu batuannya menjulang tinggi. Konon gunung purba ini aktif jutaan tahun yang lalu. Mungkin karena itu sehingga dinamakan gunung api purba. Tiket masuk seharga lima ribu rupiah per kepala.
Sampai disana setelah saya amati benar benar baru ngeh kalau ternyata saya pernah mendaki disana -__- Tidak masalah sebenarnya, bersama orang yang beda, kesannya pasti juga beda, hehe. Dan benar saja. Pendakian kali ini lebih asik dan tidak terasa capeknya. Efek ber-narsis ria mungkin. Baru berapa langkah jalan, foto. Melangkah lagi, foto lagi, hahaha.
Dan inilah sebagian dari 'ribuan' foto kami.
Kayak gini nih pemandangan di bawah sebelum kita mendaki. Tingginya sekitar sekian koma sekian meter *nggak sempet ngukur
Bukit tersebut terletak di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, berhabitat di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk dengan jarak tempuh 22 km dari kota Wonosari. Medan menuju kesana mudah dilalui karena jalannya sudah beraspal, hanya harus berhati-hati saja dengan beberapa tikungan mesra yang ada seperti layaknya jalan menuju bukit. Kami berangkat kesana melalui jalan Jogja-Wonosari. Rutenya adalah lurus saja ke arah Wonosari kemudian ada pertigaan belok ke kiri. Beberapa saat kemudian kita akan sampai di bukit bintang. Dari situ masih naik sampai menemui Polsek Patuk dan GCD FM, melewati tanjakan, kemudian belok kiri arah ke Stasiun Relay Indosiar Desa Ngoro-oro. Nanti ada petunjuk arah dengan tulisan Nglanggeran. Ikuti saja jalan sampai Puskesmas Patuk II atau biasa disebut Puskesmas Tawang kemudian belok kanan. Ikuti jalan dan sampailah di Desa Nglanggeran dimana Bukit Nglanggeran a.k.a Gunung Api Purba berada. Bentuknya berupa bongkahan batu raksasa. Batu batuannya menjulang tinggi. Konon gunung purba ini aktif jutaan tahun yang lalu. Mungkin karena itu sehingga dinamakan gunung api purba. Tiket masuk seharga lima ribu rupiah per kepala.
Sampai disana setelah saya amati benar benar baru ngeh kalau ternyata saya pernah mendaki disana -__- Tidak masalah sebenarnya, bersama orang yang beda, kesannya pasti juga beda, hehe. Dan benar saja. Pendakian kali ini lebih asik dan tidak terasa capeknya. Efek ber-narsis ria mungkin. Baru berapa langkah jalan, foto. Melangkah lagi, foto lagi, hahaha.
Dan inilah sebagian dari 'ribuan' foto kami.
Kayak gini nih pemandangan di bawah sebelum kita mendaki. Tingginya sekitar sekian koma sekian meter *nggak sempet ngukur
Ini nih fasilitas yang disediakan disana. kita nggak cuma
bisa mendaki aja lho *kecuali uang mepet haha
fasilitas gunung api purba |
Belom nyampe puncak aja udah bagus pemandangannya
Lorong sempit di tengah tengah perjalanan. Ati ati buat yang
big size miring yak jalannya haha bercandaaa
Akhirnya nyampe puncak. Lupa namanya puncak apa, hehe
Narsis dulu sebelum nongki nongki di puncak
Anginnya sepoi sepoi banget waktu di puncak. Asik lah buat
nongkrong sambil makan cemilan, ngobrol ngalor ngidul, curhat ini-itu. Oh iya buat
para galauers, angin disini cukup membantu lho buat nerbangin rasa galaumu ke
daratan di bawah sana haha cc: sosok di
foto berkaos motif garis biru-merah-abu-putih *ups
Kerasan banget lah pokoknya di puncak. Nyanyi nyanyi bareng.
Saking asiknya, sampe lupa buat malu gegara suaranya fals haha
Yang pasti asik banget, kalau nggak ada kesibukan lain
mungkin kita nggak pulang.
Setelah puas di puncak, kita pun turun. Turunnya terasa
lebih cepat. Namanya juga turun, nggak terlalu butuh tenaga ekstra sih, jadi nggak
kebanyakan istirahat. Nggak kebanyakan narsis juga, udah bosen. Bukan kita-nya yang bosen, tapi kameranya (red: lowbatt).
Oh iya, tips saat mau naik bukit adalah jangan lupa kuku dipotong dulu. Kuku
tangan yang panjang itu bikin nggak nyaman, jadi galau kalau mau pegangan something nggak higienis semacam batu, pohon, tanah, dkk. Kuku kaki
yang panjang juga nggak baik soalnya jadi sakit kalau pas turun, terus terusan terantuk sepatu *kalau pakai sandal bukit eh sandal gunung sih
amaaan
Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk foto foto (lagi)
Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk foto foto (lagi)
Sekian. Jangan lupa buat yang baca ini menyempatkan diri
kesana ya. Bukit ini cocok buat pendaki pemula, karena tingginya nggak
terlalu tinggi, kira kira 1.5 jam perjalanan udah bisa sampai puncak. Medannya
juga tidak terlalu sulit. Pemandangannya juga bagus. Recommended lah.
Insyaallah jadi ketagihan mendaki, hehe
No comments:
Post a Comment