Thursday 18 December 2014

Lolos "kurang dari 75%"

Menjelang ujian. Lagi-lagi hectic masalah absensi. Meskipun sudah berhati-hati berkat tragedi sisir semester lalu tapi masih yaa begitulah. Sebenarnya masih heran sama dosen-dosen yang tidak bisa mengisi kuliah dan tidak mengadakan kuliah pengganti. Apa beliau-beliau tersebut tidak merasa punya hutang? Sebenarnya ngomong disini nggak ada gunanya, harusnya isi aja kotak saran yang depan TU, mungkin perlu dicoba. Tapi mengingat terkadang pepatah dosen adalah raja benar adanya, jadi agak males juga mau nulis saran.
Kalau didasarkan pada hitungan ideal, 14x pertemuan, maka 3x tidak masuk kuliah tidak akan mendapat masalah. Selama ini saya tidak pernah membolos lebih dari 3x, tapi tetap tidak terlepas dengan masalah absensi. 
Setelah mendapat pelajaran dari semester lalu, maka saya mentargetkan agar setiap mata kuliah maksimal hanya tidak masuk 2x dan alasannya harus bisa diterima.
Proses Transfer
Cara mengajar bapak ini saat awal-awal lumayan sih, maka tidak ada alasan bagi saya untuk malas kuliah ini, meskipun sebenarnya agak alergi dengan mata kuliahnya haha. Akan tetapi, kuliah jam 07.00 masih menjadi problem tersendiri bagi saya. Jika pulang terlalu malam dan kecapekan hasrat untuk tidur lagi selalu ada dan berakhir dengan kesiangan. Akhirnya, total bolos saya sebelum ujian adalah 3x.
Setelah rekapan absensi keluar saya cukup dag-dig-dug ketika membukanya. Hanya tinggal tanggal terakhir kuliah yang belum direkap. Setelah dihitung-hitung absen saya kurang. Bolos 3x dan absen kurang. Kali ini sebabnya cukup tidak musiman. Kosong 2x dan beliau mengadakan kuliah pengganti sebanyak 3x -__- 
Hari berikutnya iseng-iseng buka rekapan lagi. Ajaib. Absen saya 80%. Hari terakhir kuliah saya tidak masuk tapi entah tanda contreng yang menandakan kehadiran itu berasal dari mana. Perasaan saya tidak meminta tolong untuk TA haha. Mungkin TU kurang teliti atau mungkin ada yang iseng TA-in saya. Entahlah. Alhamdulillah. 
OPMP
Cukup dag-dig-dug juga buka absen mata kuliah ini. Pasalnya saya lupa tidak masuk kuliah ini berapa kali dan dosennya pun tidak jadi mengadakan kuliah pengganti di hari yang dijanjikan. Mungkin beliau lupa, padahal rela-relain dateng kuliah meskipun sebenernya sedang Gladi Resik dan tidak diijinkan kabur. Setelah cek, angka yang muncul adalah 69%. Setelah diteliti ternyata surat ijin saya belum direkap. Langsung menemui Bu Tina. Beres sudah. 77%. Alhamdulillah.
PKSDA
Awal-awal kuliah sudah kosong 2x dan tidak diganti. Makanya saya cukup berhati-hati agar tidak membolos kuliah ini. Tapi kebetulan waktu itu sedang sakit jadi ya apa boleh buat sehingga bolong 2x. Setelah cek absen cukup kaget juga. Kok bisa 70%? Ternyata saya lupa absen sekali. Waktu itu saya presentasi dan kebetulan duduk di depan. Absennya udah muter sampai belakang waktu selesai presentasi. Akhirnya nggak absen dan baru sadar setelah cek rekap absen menjelang UAS. Tanya ke Mas *** katanya disuruh tanya ke Bu ***. Tanya ke Bu ***, kata beliau "Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Itu urusan dosen bukan urusan saya." Langsung kebayang Bu Siti. Masa iya saya tanya ke Bu Siti saya harus gimana? Akhirnya inisiatif buat surat ecek-ecek seperti ini: 

Ternyata mendapatkan tanda tangan Bu Siti tidak sesulit yang saya bayangkan. Terimakasih Bu Siti.
Bagian yang menyebalkan adalah saya tetap harus meminta acc pada PPJ Akademik. Berdoa semoga bapaknya tidak ingat saya, hahaha *tragedi tidak menyenangkan tahun lalu*. Setelah menunggu 4 jam akhirnya menyerah. Saat beranjak pulang, di jalan ketemu bapaknya yang mau masuk ruangannya. Baru mau ngikut masuk ke ruangan, bapaknya keluar lagi. Langsung bermuka sumringah bertanya,
A: "Bapak ada di ruangan lagi jam berapa ya, Pak?"
B: "Ada apa? Dibicarakan sambil jalan saja."
A: *nggak yakin* "emm mau minta acc, Pak.'' *kata-kata yang dirancang dari pagi musnah sudah"
B: "Acc apa ?"
A: *matilaah* "Jadi begini pak, saya waktu itu lupa absen, *langsung dipotong*
B: "Kok bisa lupa absen"
A: Jadi waktu itu saya presentasi pak, bla-bla-bla, kemudian setelah berkonsultasi dengan TU kata Bu *** untuk mengubah presensi harus dengan persetujuan dosen pengampu dan Bapak. Saya sudah mendapatkan persetujuan Bu Siti *sambil memperlihatkan surat pernyataan* bla-bla-bla 
B: Melihat-lihat *dari tangga deket kopsen sampai jalan mau ke tangga ruang U*. *Suratnya ditulis-tulisin*, kemudian dikasih ke saya tanpa ngomong apapun
A: *Agak bingung, jangan-jangan....sampai-sampai ngucapin makasihnya kurang jos -_-*
Ternyata tulisan yang sungguh sulit dibaca itu berbunyi "Mbak Tina Yth. Mohon ybs dibantu, nampaknya meyakinkan."
Alhamdulillah. Ngakak sebenernya. Dua kata terakhir itu lho -____-
Mungkin gara-gara jaman sekarang udah banyak mahasiswa yang canggih berbohong makanya jadi kayak gitu. Semisal, bikin surat pura-pura sakit. Kaget juga dulu ketika mendengar obrolan teman, "Kalau mau bikin surat sakit itu di dokter sana itu, udah spesialis lah pokoknya kalau bikin surat seperti itu." Jangan, jangan seperti itu. Saya pernah melakukan tindak kriminal tersebut saat SMA, bikin surat pura-pura sakit. Yang terjadi kemudian adalah akhirnya saya sakit beneran. Dua minggu lebih tidak masuk sekolah. Rasanya? Nggak enak, apalagi saat itu di sekolah saya sedang musim pertandingan bola :"

Memang benar seharusnya absensi itu 100%. Jadi nggak pernah deg-deg an tiap mau UAS.