Thursday 18 December 2014

Lolos "kurang dari 75%"

Menjelang ujian. Lagi-lagi hectic masalah absensi. Meskipun sudah berhati-hati berkat tragedi sisir semester lalu tapi masih yaa begitulah. Sebenarnya masih heran sama dosen-dosen yang tidak bisa mengisi kuliah dan tidak mengadakan kuliah pengganti. Apa beliau-beliau tersebut tidak merasa punya hutang? Sebenarnya ngomong disini nggak ada gunanya, harusnya isi aja kotak saran yang depan TU, mungkin perlu dicoba. Tapi mengingat terkadang pepatah dosen adalah raja benar adanya, jadi agak males juga mau nulis saran.
Kalau didasarkan pada hitungan ideal, 14x pertemuan, maka 3x tidak masuk kuliah tidak akan mendapat masalah. Selama ini saya tidak pernah membolos lebih dari 3x, tapi tetap tidak terlepas dengan masalah absensi. 
Setelah mendapat pelajaran dari semester lalu, maka saya mentargetkan agar setiap mata kuliah maksimal hanya tidak masuk 2x dan alasannya harus bisa diterima.
Proses Transfer
Cara mengajar bapak ini saat awal-awal lumayan sih, maka tidak ada alasan bagi saya untuk malas kuliah ini, meskipun sebenarnya agak alergi dengan mata kuliahnya haha. Akan tetapi, kuliah jam 07.00 masih menjadi problem tersendiri bagi saya. Jika pulang terlalu malam dan kecapekan hasrat untuk tidur lagi selalu ada dan berakhir dengan kesiangan. Akhirnya, total bolos saya sebelum ujian adalah 3x.
Setelah rekapan absensi keluar saya cukup dag-dig-dug ketika membukanya. Hanya tinggal tanggal terakhir kuliah yang belum direkap. Setelah dihitung-hitung absen saya kurang. Bolos 3x dan absen kurang. Kali ini sebabnya cukup tidak musiman. Kosong 2x dan beliau mengadakan kuliah pengganti sebanyak 3x -__- 
Hari berikutnya iseng-iseng buka rekapan lagi. Ajaib. Absen saya 80%. Hari terakhir kuliah saya tidak masuk tapi entah tanda contreng yang menandakan kehadiran itu berasal dari mana. Perasaan saya tidak meminta tolong untuk TA haha. Mungkin TU kurang teliti atau mungkin ada yang iseng TA-in saya. Entahlah. Alhamdulillah. 
OPMP
Cukup dag-dig-dug juga buka absen mata kuliah ini. Pasalnya saya lupa tidak masuk kuliah ini berapa kali dan dosennya pun tidak jadi mengadakan kuliah pengganti di hari yang dijanjikan. Mungkin beliau lupa, padahal rela-relain dateng kuliah meskipun sebenernya sedang Gladi Resik dan tidak diijinkan kabur. Setelah cek, angka yang muncul adalah 69%. Setelah diteliti ternyata surat ijin saya belum direkap. Langsung menemui Bu Tina. Beres sudah. 77%. Alhamdulillah.
PKSDA
Awal-awal kuliah sudah kosong 2x dan tidak diganti. Makanya saya cukup berhati-hati agar tidak membolos kuliah ini. Tapi kebetulan waktu itu sedang sakit jadi ya apa boleh buat sehingga bolong 2x. Setelah cek absen cukup kaget juga. Kok bisa 70%? Ternyata saya lupa absen sekali. Waktu itu saya presentasi dan kebetulan duduk di depan. Absennya udah muter sampai belakang waktu selesai presentasi. Akhirnya nggak absen dan baru sadar setelah cek rekap absen menjelang UAS. Tanya ke Mas *** katanya disuruh tanya ke Bu ***. Tanya ke Bu ***, kata beliau "Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Itu urusan dosen bukan urusan saya." Langsung kebayang Bu Siti. Masa iya saya tanya ke Bu Siti saya harus gimana? Akhirnya inisiatif buat surat ecek-ecek seperti ini: 

Ternyata mendapatkan tanda tangan Bu Siti tidak sesulit yang saya bayangkan. Terimakasih Bu Siti.
Bagian yang menyebalkan adalah saya tetap harus meminta acc pada PPJ Akademik. Berdoa semoga bapaknya tidak ingat saya, hahaha *tragedi tidak menyenangkan tahun lalu*. Setelah menunggu 4 jam akhirnya menyerah. Saat beranjak pulang, di jalan ketemu bapaknya yang mau masuk ruangannya. Baru mau ngikut masuk ke ruangan, bapaknya keluar lagi. Langsung bermuka sumringah bertanya,
A: "Bapak ada di ruangan lagi jam berapa ya, Pak?"
B: "Ada apa? Dibicarakan sambil jalan saja."
A: *nggak yakin* "emm mau minta acc, Pak.'' *kata-kata yang dirancang dari pagi musnah sudah"
B: "Acc apa ?"
A: *matilaah* "Jadi begini pak, saya waktu itu lupa absen, *langsung dipotong*
B: "Kok bisa lupa absen"
A: Jadi waktu itu saya presentasi pak, bla-bla-bla, kemudian setelah berkonsultasi dengan TU kata Bu *** untuk mengubah presensi harus dengan persetujuan dosen pengampu dan Bapak. Saya sudah mendapatkan persetujuan Bu Siti *sambil memperlihatkan surat pernyataan* bla-bla-bla 
B: Melihat-lihat *dari tangga deket kopsen sampai jalan mau ke tangga ruang U*. *Suratnya ditulis-tulisin*, kemudian dikasih ke saya tanpa ngomong apapun
A: *Agak bingung, jangan-jangan....sampai-sampai ngucapin makasihnya kurang jos -_-*
Ternyata tulisan yang sungguh sulit dibaca itu berbunyi "Mbak Tina Yth. Mohon ybs dibantu, nampaknya meyakinkan."
Alhamdulillah. Ngakak sebenernya. Dua kata terakhir itu lho -____-
Mungkin gara-gara jaman sekarang udah banyak mahasiswa yang canggih berbohong makanya jadi kayak gitu. Semisal, bikin surat pura-pura sakit. Kaget juga dulu ketika mendengar obrolan teman, "Kalau mau bikin surat sakit itu di dokter sana itu, udah spesialis lah pokoknya kalau bikin surat seperti itu." Jangan, jangan seperti itu. Saya pernah melakukan tindak kriminal tersebut saat SMA, bikin surat pura-pura sakit. Yang terjadi kemudian adalah akhirnya saya sakit beneran. Dua minggu lebih tidak masuk sekolah. Rasanya? Nggak enak, apalagi saat itu di sekolah saya sedang musim pertandingan bola :"

Memang benar seharusnya absensi itu 100%. Jadi nggak pernah deg-deg an tiap mau UAS.

Thursday 26 June 2014

MOVE ON!

Alhamdulillah. UAS berakhir sudah. Sebelum menjadi masa lalu yang biarlah berlalu, saya mau cerita dulu.
Pernah nggak kalian dikecewain orang lain? Pasti rasanya kesel kan ya. Tapi kali ini, saya dibuat kecewa sama diri sendiri. Rasanya lebih dari 'kesel' malah. Kalau dikecewain orang lain kita masih bisa cerita sama temen terus dihibur, bisa berusaha menghibur diri dengan mengalihkan perhatian ke hal lain. Beda kalau kecewa sama diri sendiri, nggak tau harus gimana.
Saya kecewa sama diri sendiri yang sulit sekali menjadi rajin, kecewa sama diri sendiri yang mudah sekali mengambil keputusan, sok-sok an ikut kegiatan ini-itu tanpa mempertimbangkan kapasitas diri sendiri, kecewa sama diri sendiri yang masih sulit sekali untuk berubah, durasi tidur masih banyak dan masih sering ngerepotin orang lain. 
Sedih saat ada sms masuk dari orang tua yang menanyakan "Gimana tadi UASnya"?
Pengen banget bales "ngapain tanya-tanya, tolong jangan ungkit masa lalu". Hahahaha yakali.
Maaf ya UAS, mungkin kemaren-kemaren mikirnya lebih berat ke yang lain makanya lebih fokus sama urusan yang lain. Mikirnya sih karena uas menyangkut diri sendiri, bukan tentang orang lain. Tapi baru sadar kalau itu salah banget. UAS itu tentang orang tua. Tentang segala pengorbanan mereka, tentang harapan mereka, tentang kepercayaan mereka yang seharusnya jangan pernah disia-siakan. 
Seberapapun pentingnya soft skill, tapi IP juga penting. Dan yang perlu disadari IP itu bukan hanya fungsi kecerdasan. Kalau misalnya ini adalah ATK2 dan sedang belajar analisis dimensi maka dalam analisis dimensi nih ya, IP=f(kecerdasan, kerja keras, kesehatan, keprofesionalitasan, mental, manajemen waktu, fokus, doa). 
Alasan pemilihan kuantita diatas adalah:
Kecerdasan: nggak usah ditanya sih ya kalau yang ini, nggak usah iri juga sama yang lain. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kerja keras: kata pepatah, usaha tidak akan menghianati, makanya kerja keras itu penting.
Kesehatan: ini juga faktor, kalau lagi nggak enak badan belajar hawanya cuma pengen tidur, waktu ngerjain soal fokus berkurang karena terganggu sama sakitnya, misalnya sibuk berkutat dengan tisu -kalau flu- , kemampuan otak jadi sedikit berkurang. Duh nggak enak banget pokoknya. Jadi, jaga kesehatan itu mutlak perlu
Keprofesionalitasan: Contoh simpelnya, seberapa banyak masalah yang kita hadapi, saat uas ya fokus mikirin uas. Profesional, dalam keadaan apapun ya harus bisa belajar kalau emang waktunya belajar. Sulit? Belum terbiasa saja.
Mental: Seberapa siap pun kita, kalau mental nggak bagus ya sulit untuk berhasil. Misal nih ya, soal seabrek waktunya cuma berapa menit doang. Nah kalau langsung panik, terus tergesa-gesa ngerjain, eh udah selesai ngerjain baru sadar kalau ada yang salah. Contoh lain, waktu ujian kamu telat. Yaudah tetep stay cool aja jangan panik, ntar tambah ancur aja ujiannya. Lagi, misalnya soalnya susah banget terus langsung down frustasi pengen pulang. Ya jangan gitu, harusnya tetep stay cool, tetep berusaha mengarang sebagus bagusnya syukur-syukur tulisan dirapikan dengan sangat siapa tau berpengaruh dan jangan lupa berdoa biar beruntung.
Manajemen waktu: saya selalu kagum dengan orang yang sangat pandai membagi waktu. Sama-sama dikasih 24 jam tapi efektivitasnya bisa sangat jauh beda antara satu orang dengan yang lainnya. Latihan manajemen waktu salah satunya dengan ikut organisasi. Saat UAS bukan tidak mungkin kegiatan masih jalan, kepanitiaan masih jalan, rapat masih jalan, dan sejenisnya. Kita tidak bisa lari dari kenyataan itu dengan alasan mau fokus UAS. Konsekuensinya ya kita tetep harus tanggung jawab sama hal itu, tapi juga harus tanggung jawab sama UASnya, nggak boleh gampang capek, gampang ngeluh, harus tetap mengalokasikan waktu untuk belajar dan mengorbankan waktu untuk senang-senang. 
Fokus: kalau sedang belajar ya fokus belajar jangan gampang teralihkan ke yang lain. Biar belajarnya nggak sia-sia. Kalau lagi yang lain ya fokus menikmati yang lain jangan mikirin belajar. Biar ada gunanya.
Doa: Faktor yang menentukan juga nih, apalagi minta doa orang tua. Tapi jangan cuma mengandalkan doa dan keberuntungan juga. Realistis lah. Apalagi kuliah udah nggak kayak dulu waktu SMA, soal pilihan ganda, ngawur bisa beruntung. Atau dulu SNMPTN, milih dengan menghitung kancing baju sambil berdoa, alhamdulillah Allah masih mau nolong. Sekarang, kalau ujian nggak belajar ya keliatan banget bego-nya. Haha
Nyesel ya variable-variable tersebut nggak bisa di dilakukan dengan maksimal? bagus, setidaknya masih menyesal, belum masa bodoh. 
Yaudahlah sekian. Yuk move on ke liburaaaaaaaan. Setengah liburan masih di Jogja tetap harus dinikmati. Meskipun liburan jangan lupa nabung semangat buat semester 5. Buat anak selusin, jangan lupa juga waktu liburan mikirin mau ambil minat apa. Meskipun nggak minat ya tetep aja harus memilih wkwk diminat-minatin aja deh. 
Sekian untuk postingan yang menyedihkan ini.

Saturday 24 May 2014

Moral value 'The Devil Wears Prada'

The Devil Wears Prada. Ada yang pernah nonton? Kalau belum nonton dan lagi bosen nonton film action ataupun horror, nonton ini aja. Ini film udah lama banget, film jaman 2006, tapi aku juga baru nonton wkwk.
Film ini menceritakan tentang seorang fresh graduate bernama Andrea (Anne Hathaway) yang tak kunjung mendapat pekerjaan dan akhirnya memutuskan melamar kerja di majalah fashion RUNWAY yang kalau dipikir-pikir nggak ada nyambungnya sama Andrea,  seseorang yang memiliki cita-cita menjadi seorang journalist, tidak menyukai fashion dan tentunya bukan seseorang yang fashionable. Saat memasuki kantor ia disambut dengan tatapan aneh oleh Emily, asisten pertama Miranda. Tatapan yang berarti 'orang dengan baju murahan dan sudah jelas tidak tahu-menahu fashion ingin menjadi asisten Miranda? Miranda (Merlyn Streep) adalah Senior Editor yang sangat disegani dan terkenal perfectsionis, ambisius dan keras, dalam hidupnya tidak ada plan B, yang ada hanya plan A. Menariknya, Miranda berminat mewawancarai Andrea.
Andrea, meskipun sudah tidak berharap banyak tetap berusaha mempromosikan dirinya. Dia mengatakan bahwa dia lulusan Northwesten University, sudah banyak memenangkan karya tulis. Dia juga berkata, 'Saya memang bukan seseorang yang fashionable, tapi saya cerdas dan saya mau bekerja keras.'
Cerdas dan bekerja keras, itulah yang membuat Miranda akhirnya menerima Andrea karena selama ini asistennya kerap mengecewakannya. Miranda hanya mencoba peruntungannya dengan memiliki asisten yang berbeda dari biasanya, mungkin ada harapan. Beberapa waktu bekerja, ternyata Miranda tetap dibuat kecewa oleh asisten barunya.
Andrea merasa stres dan putus asa. Dia merasa sudah sangat bekerja keras memenuhi permintaan Miranda yang sangat-amat-banyak-sekali-dan-harus-segera-cepat-dipenuhi. Dia sudah mengorbankan waktu untuk keluarganya, dia sudah mengurangi waktu untuk teman-temannya dan juga Nate, pacarnya. Dia hanya gagal 1x tetapi reaksi Miranda keterlaluan, seakan-akan dia tidak pernah melakukan hal yang benar.
Andrea akhirnya bercerita pada Nigel, art director RUNWAY. Nigel hanya mengomentari cerita Andrea dengan santai. Dia berkata bahwa menurut Nigel, selama ini Andrea belum bekerja keras. Nasihat dari Nigel, bekerja di RUNWAY harus ekstra bekerja keras dengan seluruh hidupmu, istilah lainnya mungkin rela mati demi agar tugas bisa terpenuhi dengan sempurna. Andrea akhirnya mencoba paham dan dia pun mulai berubah. Sejak itu, Andrea menjadi lebih bekerja keras dari biasanya, dia pun mau mencoba menjadi seorang yang fashionable dengan bantuan baju dan aksesori pilihan Nigel. Namun, dia lagi-lagi melakukan kesalahan, suatu hal yang kemudian membuat Miranda kemudian iseng memberikan perintah yang tidak masuk akal karena kesal, yaitu membelikan anaknya buku Harry Potter seri selanjutnya yang belum terbit. Ajaibnya, Andrea tetap bisa mendapatkan copy-an manuscriptnya berkat pertolongan Christian, rekannya yang seorang penulis terkenal yang mempunyai banyak koneksi. Sejak saat itu, Miranda jarang marah padanya. Andrea semakin gesit memenuhi perintahnya hingga puncaknya Andrea diajak Miranda menemaninya fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily. Keputusan yang berat karena itu berarti ia akan menyakiti Emily, ia tahu Emily sangat amat memimpikan hal itu bahkan sudah menyiapkan segalanya untuk itu. Akan tetapi, Andrea tidak punya pilihan. Meskipun sebenarnya pilihan itu selalu ada, yaitu memilih terus bekerja dengan Miranda dan mengalami hidup seperti saat dia sekarang atau pergi dan memulai hidup baru dengan pekerjaan baru. Akhirnya, Andrea memilih meninggalkan Miranda. Sebenarnya sedikit banyak keputusannya terinspirasi dari Miranda yang memilih keluarganya dan memberikan jabatannya pada orang lain daripada tetap berkarir namun keluarganya berantakan.
Endingnya, Andrea memberikan koleksi baju dll yang dia dapat dari Paris kepada Emily (toh dia tidak akan pernah memakainya),  dan dia kembali lagi bersama Nate setelah sempat putus saat Andrea akan pergi ke Paris (salah satu penyebab mereka putus adalah karena kedekatan Andrea dengan Christian). Dia sadar apa yang Nate bilang adalah benar dan Andrea pun segera mencari pekerjaan baru. Hidupnya pun lebih nyaman dan dia tidak resah karena memiliki waktu yang lebih banyak bersama keluarga, teman-temannya, dan Nate.
Saya suka moral value dalam film ini, yaitu memilih apa yang baik untuk diri kita dan berani menolak yang tak sesuai dengan value kita. Untuk apa kita bertahan pada suatu hal yang kita sendiri tidak nyaman dengan hal itu? Untuk apa kita bertahan pada suatu hal yang membuat kita selalu gelisah karena suatu hal tersebut menyakiti orang-orang yang kita sayangi? Be Realistic.
Jangan mau seperti Andrea yang hidupnya selalu tersita untuk bosnya. Prioritas utamanya adalah bosnya. Bahkan janji dinner dengan ayahnya -yang sangat jarang terjadi karena kesibukannya- berganti dengan mencari tiket pesawat dadakan tugas dari kerjannya, membuat ulang tahun Nate kacau, membuatnya menjadi jarang berkumpul dengan teman-temannya, membuat dirinya menjadi sedikit berubah pergaulannya, dan masih banyak lagi. Secara tidak langsung memang benar Andrea tidak bisa untuk menolak keinginan bosnya sehingga harus mengorbankan yang lain. Awalnya pacarnya mengerti akan kesibukannya. Teman-teman dan keluarganya mencoba memahami kesibukannya. Namun, kesabaran manusia ada batasnya. Andrea tidak bisa memaksa mereka untuk terus-menerus memaklumi. Jika saat dibutuhkan Andrea selalu tidak ada, mungkin mereka akan berhenti menaruh harapannya pada Andrea, mereka mungkin akan segera merelakan kehilangan Andrea, dan hidup mereka akan segera baik-baik saja tanpa Andrea. Beruntung sebelum semua itu terjadi Andrea segera menyadari kesalahannya sebelum ia kehilangan. Kehilangan kebahagiaan sejatinya. Akhir kata, film ini recommended buat ditonton. Apalagi acting dari Anne Hathaway dan Merlyn Streep sudah tidak diragukan lagi.

Hidup adalah pilihan. Meskipun terkadang sangat berat untuk memilih, untuk meninggalkan, untuk berani mengatakan tidak.

source image: www.apunkachoice.com

Friday 28 February 2014

Terimakasih Marching Band

Lagi pengen nulis. 70% curhat. Jadi, kalau yang nggak punya naluri kepo tinggi, males baca curhatan orang, jangan dibaca wkwk ntar nyesel.
Kali ini saya mau cerita tentang Marching Band. Ada yang nggak tau apa itu Marching Band? Kalau nggak tau coba deh nonton film yang judulnya "12 Menit", atau searching aja di youtube GPMB UGM, UGM aja ya jangan yang lain hahahaha *promosi*.

Thursday 13 February 2014

Tragedi Absensi

Kenyataan harus diterima bahwa terkadang tidak ada toleransi bagi mahasiswa, entah bagi dosen. Mereka yang lebih berkuasa itu sebenarnya mungkin hanya pura-pura mendengarkan, tidak benar-benar mendengarkan pendapat dari mereka-mereka yang berkosultasi kepadanya.
Bermula dari absensi mata kuliah **** saya yang hanya 73%, saya tidak diperkenankan mengikuti ujian. Biasanya ketidakhadiran sebanyak 3x tetap bisa mengikuti ujian. Tapi kali ini tidak, karena pertemuan kuliah **** yang seharusnya diadakan sebanyak 14x pertemuan, hanya diadakan sebanyak 11x pertemuan. 1x pertemuan tidak ada karena hari libur, 2x pertemuan tidak ada karena dosennya tidak bisa hadir dikarenakan sedang ada urusan di luar negeri, dan tidak melaksanakan kuliah pengganti. Saya tidak tahu-menahu bagaimana hukumnya dosen yang tidak mengadakan kuliah pengganti apakah sebenarnya dibolehkan atau tidak. Saya hanya berharap ada toleransi bagi saya karena dosen pun ada toleransi tidak mengadakan kuliah pengganti *ngarep. Oleh karena itu, saya berusaha agar tetap bisa mengikuti ujian. Setelah menemui seseorang yang bersangkutan saya dianjurkan untuk menemui PPJ Akademik. Setelah membuat surat, belum sempat dikirimkan, ternyata teman saya sudah menemui dosen pengampu yang bersangkutan. Setelah berkonsultasi dengan salah satu ibu bagian TU yang bersangkutan dengan masalah absensi, katanya tidak masalah, kalau dosennya mengijinkan, berarti diijinkan. Padahal sebenarnya prosedur tersebut salah. Tapi waktu itu saya sih percaya aja sama ibu tersebut, toh dia lebih berpengalaman, sudah disitu bertahun-tahun. Saya bertanya apakah saya harus tetap ke PPJ akademik, beliau bilang tidak usah. Mungkin, ibu TU tersebut juga sebenarnya tahu bahwa saya boleh mengikuti ujian, tetapi nilai yang keluar tetap E, tapi beliau tidak mengingatkan atau mungkin memang beliau benar-benar tidak tahu. Kalau beliau memang tidak tahu, berarti ada beda pendapat antar Ibu TU, hmmmm.
Surat yang sudah ditandatangani dosen pengampu tersebut saat itu saya serahkan ke ibu TU yang mengurusi absensi tersebut, yang ternyata tidak pernah sampai ke Kajur dan akibatnya tidak mendapat disposisi. Itulah alasan ibu TU bagian nilai tetap mengeluarkan nilai E. Beliau bilang, harusnya surat tersebut masuk ke Kajur dengan terlebih dahulu konsultasi dengan PPJ Akademik. Dan saat ini, sudah terlambat waktunya untuk mengurus.
Saya tidak putus asa. Saya kembali menemui ibu TU bagian absensi, intinya beliau hanya bilang “Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena nilai bukan tanggung jawab saya, saya hanya bertugas mengurus absen.” Saya bertanya solusi terbaiknya bagaimana, beliau bilang saya harus menemui TU bagian nilai. Saat teman saya menemui beliau, beliau cukup saklek ternyata. Apapaun yang dikatakan teman saya, beliau hanya bilang “Peraturan UGM harus 75%, kurang dari itu artinya E.” Benar-benar tidak ada tawar menawar. Akhir kata, beliau hanya bilang “Nanti coba saya rapatkan.” Tapi ternyata kalimat itu tidak lebih dari usiran halus agar saya berhenti mengejar-ngejarnya. Nyatanya tidak ada kabar apapun setelah itu.
Saya kemudian menemui PPJ Akademik. Saya jelaskan masalah saya. Beliau menanggapi dengan, “Yang kamu omongkan itu saya tidak tahu benar atau salah, saya perlu bukti.” Intinya, beliau minta saya buat surat ke Kajur yang harus ditandatangani Dosen Pengampu. Saya optimis. Saya pun akhirnya membuat surat. Seperti ini:
Surat yang pada akhirnya tidak pernah ada yang membacanya kecuali saya sendiri. Ketika saya meminta tanda tangan Dosen Pengampu, belum apa-apa beliau langsung nyeletuk, “Saya tidak mau membuka diskusi tentang ini, urusan saya hanya mengajar dan memberikan nilai ke TU, selesai.” Dan benar-benar beliau tidak mau mendengar penjelasan sepatah kata pun.
Saya mendapat ide untuk menarik surat yang pernah saya buat, yang dulu pernah ditandatangani Dosen Pengampu, yang tidak pernah sampai ke Kajur, yang ternyata mengendap di Ibu TU bagian nilai. Sebagai bukti.
Seperti dugaan saya, ibu TU tersebut tidak mengijinkan saya menarik kembali suratnya. Beliau sepertinya tahu maksud saya dan langsung bilang, “Nilai anda tidak akan berubah.” Padahal belum juga jelasin apa-apa. Saat saya bilang saya benar-benar butuh karena bagian PPJ minta bukti yang sudah ditandatangi Dosen Pengampu, beliau bilang “Nanti biar saya yang berdiskusi dengan Bapak PPJ Akademik.”
Saya teringat lampiran absen yang menunjukkan bahwa Dosen Pengampu memang tidak masuk 2x dan tidak mengadakan kuliah pengganti. Saya fotocopy, kemudian saya bawa sebagai bukti untuk menemui PPJ Akademik. Saya masuk ruangan, saya jelaskan bahwa Dosen Pengampu tidak bersedia untuk tanda tangan. Beliau bilang, “Ya sudah, surat anda tidak bisa masuk ke Kajur tanpa tanda tangan beliau.”
“Tapi, Pak. Bapak kan minta bukti. Ini juga bukti Pak bahwa yang saya katakan memang benar.” (sambil saya tunjukkan lampiran absen)
Saya tidak begitu ingat kata-katanya, intinya beliau tidak mau kalau Dosen Pengampu tidak terlibat, karena surat saya melibatkan si Dosen Pengampu, jika tanpa persetujuan Dosen Pengampu, maka beliau telah berbuat dosa, mendzolimi si Dosen Pengampu. Hmm.
Setelah berdebat panjang, tetap tidak ada toleransi bagi saya. Saya sudah tahu sudah tidak ada harapan lagi. Saya iseng bertanya satu hal karena penasaran.
“Kalau memang nilai saya tidak bisa berubah, boleh tidak Pak saya bertanya satu hal? Saya hanya ingin tahu, sebenarnya jika dosen tidak hadir apakah beliau wajib mengadakan kuliah pengganti ?”
Saya bertanya seperti itu hanya ingin tahu saja, dan jika memang dosen tidak wajib mengadakan kuliah pengganti, saya sangat ikhlas sekali menerima keputusan ini, karena itu artinya saya yang salah. Saya hanya ingin ada aturan yang jelas. Karena, syarat kehadiran mahasiswa saja jelas, kenapa syarat kehadiran dosen tidak jelas? Tidak ada hitam diatas putih. Kalaupun sudah ada, ya saya hanya ingin bertanya karena saya benar-benar tidak tahu, kenapa tidak langsung dikasih tahu? Begitu dikasih tahu, kan selesai sudah.
Kemudian beliau menjawab, “Kamu itu memang membuat masalah semakin rumit. Kamu mau menyalahkan dosen? Harusnya kamu tidak masuk 3x, itu sudah jelas kamu yang salah. Mahasiswa itu hadir harusnya 100%, 25% itu bukan jatah untuk dihabiskan. Kamu disini dikirim untuk kuliah. Bla bla bla”
Hmm saya kira jawabanya tidak nyambung, meskipun dalam perkataannya ada benarnya juga.
Ada lagi perkataan beliau yang masih membekas.
“Kamu pernah mengikuti kuliah Pak ***** ?”
“Belum Pak.”
“Kalau pernah, saya yakin kamu akan paham. Jika ada ketidaknormalan, sepantasnya memang diabaikan.”
Jadi, kasus seperti saya ini dianggap tidak normal. Artinya suara saya yang minoritas ini tetap tidak akan didengar karena beliau hanya mau mendengar yang normal, mayoritas.
Sebenarnya saya juga tidak terlalu peduli atau menyalahkan beliau yang tidak mengadakan kuliah pengganti. Saya hanya ingin diberi toleransi, karena dosen tersebut juga mendapat toleransi tidak mengadakan kuliah pengganti. Atau kenapa tidak dari awal saja saya tidak boleh mengikuti ujian dengan alasan apapun jika endingnya hanya seperti ini. PHP. BANGET.
Dugaan saya, beliau mau cari aman aja. Kalau masalah ini dibawa ke rapat itu artinya akan menyudutkan Dosen Pengampu. Kalau buktinya hanya kertas absensi, bukan tanda tangan Dosen Pengampu, itu artinya beliau memihak saya. Mungkin pekewuh kalau istilah jawanya.
Sebenarnya hal ini juga terjadi untuk mata kuliah **. Dosen Pengampu tidak mengadakan kuliah pengganti sebanyak 7x, dan mahasiswa yang absensinya kurang tetap akan dikeluarkan nilainya setelah adanya rapat besar yang membahas hal ini (kata Ibu TU saat saya mengadu masalah ini). Jika benar, dugaan saya, hal itu karena Dosen Pengampu tersebut bukan dari jurusan (dari fakultas lain), sehingga tidak ada lagi pekewuh saat diadakan rapat besar. Kalaupun alasannya karena jumlahnya yang berbeda sehingga untuk ** ada toleransi dan **** tidak, itu sama aja kayak korupsi yang kecil dibiarkan, sedangkan korupsi yang besar baru diurus.
Intinya, selama UAS saya mengurus masalah ini, saya belajar dan mengikuti UAS **** tidak ada gunanya bukan? Hanya menambah beban pikiran dan memperburuk nilai yang lain. Pelajaran yang didapat, jangan mudah percaya pada perkataan satu orang agar tidak terjadi kesalahan prosedur, atau jika tidak tahu maka bertanyalah pada orang yang paling berkuasa karena dialah kuncinya, yang paling berhak (?) memutuskan sesuatu.
Sekali lagi ini hanya curhat, pendapat saya, sangat subjektif. Dan semua orang bebas berpendapat. Mohon maklum.
Untuk orang-orang yang berkuasa, tetap hargailah pendapat minoritas, sampaikan dengan sebijaksana mungkin jika memang permohonan yang diajukan ditolak, bukan dengan ketidakjelasan dan perkataan yang menyebalkan.
Ini juga teguran bagi saya yang dulu sering membolos. Salah siapa sering bolos, haha. Hukum alam. Jika nasihat tak mampu membuatmu jera, maka kejadian pahit itu lebih dari sekedar nasihat, obat yang lebih manjur dari nasihat untuk membuat seseorang jera. Seseorang pernah bilang, mungkin mengutip dari hadist "Mudahkanlah urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusanmu." Mungkin saya pernah mempersulit urusan orang, jadi ini balasannya, dipersulit. Sekali lagi, semua pasti ada hikmahnya. Harus selalu bersyukur. Tetep semangaaat :))))) 

Sunday 9 February 2014

Edensor: Cermin Keberanian


image source: goodreads.com
Judul Novel     : Edensor
Pengarang       : Andrea Hirata
Penerbit           : Klub Sastra Bentang
Tahun terbit     : 2007
Tebal buku       : 306 hlm.

Andrea Hirata, sebelumnya tak dikenal, tak pernah menulis sepotong cerpen pun ataupun novel, tapi seorang penulis pemula tersebut langsung menerbitkan tetralogi yang semuanya adalah best seller. Ajaib. Keempat novelnya tersebut adalah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov.  Keempat novelnya diangkat dari kisahnya sendiri.
Dulu, saat masih SMP, kalau nggak salah kelas 1 saya memang terbilang masih cupu, bacaannya masih sekitar teenlit. Membaca Laskar Pelangi hanya sampai seperempat bagian saja. Sang pemimpi hanya saya habiskan setengah. Bahasanya terlalu tinggi untuk ukuran orang cupu haha. Lebih enak nonton filmnya.
Baru-baru ini, Edensor berhasil saya tamatkan. Awal-awalnya memang sedikit membosankan, nggak ada greget buat langsung membacanya sampai habis. Akan tetapi, semakin lama semakin bagus. Saya memberi nilai 4,7 dari 5. Minus 0,3-nya yaitu 0,2 karena endingnya kurang memuaskan, masih nggantung -mungkin harus baca buku keempatnya-, dan 0,1 karena tokoh idola Ikal adalah Roma Irama *oke ini sangat subjectif.

Tuesday 28 January 2014

Resensi Novel: Anak Anak Angin

Penulis: Chandra Wahyudi
Terbit: April 2012
Tebal buku : 354 halaman
Harga: Rp. 64.800,00

Sebuah perusahaan manufaktur komponen mesin dan elektronik merekrut sembilan sarjana baru sebagai kader. Oleh para senior mereka dijuluki ‘Anak-Anak Angin’. Julukan bernada ejekan itu ditujukan untuk anak-anak fresh graduate yang ‘belum apa-apa’. Empat diantaranya lalu bersahabat akrab. Iwang, lelaki tampan menawan tapi mudah emosi. We yang lugu namun banyak beruntung. Triplex, pria kurus tipis yang sering tertimpa sial tapi selalu tabah dan sabar. Dan Agyo, yang berpembawaan tenang tapi memiliki kemauan keras luar biasa. 

Serangkaian pengalaman terjadi di perusahaan patungan Indonesia-Jepang itu. Sampai sebuah peristiwa meminta saksi atas perbuatan memalukan yang dilakukan salah seorang bos. Kejadian itu menyebabkan mereka ‘terlempar’ ke Jepang selama dua tahun melalui program pertukaran karyawan antar perusahaan. Kisah-kisah mereka lalu diwarnai kejadian-kejadian unik, lucu, aneh, romantis dan tak terduga. “Mereka harus hormat pada bangsa Indonesia!” Ucapan bernada geram yang pertama kali mereka dengar dari seorang pembimbing itu lalu menjadi pembakar semangat mereka sebagai pekerja asing dalam berkompetisi dengan bangsa lain. Sebuah kesempatan emas datang ketika mereka mengikuti ajang adu keterampilan. Semangat untuk membuktikan kemampuan otak dan tenaga Indonesia mengantarkan mereka pada pengalaman emosional yang tak terlupakan.

Novel ini menceritakan tentang empat sekawan yang bekerja di PT. Chisaki Industries Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur komponen control elektronik yang dipakai kendaraan kendaraan dan mesin industri. Seperti yang sudah disebutkan di sampul belakang buku, mereka dijuluki sebagai anak anak angin. Julukan bernada ejekan yang dilontarkan oleh para senior mereka tersebut muncul karena mereka merupakan fresh graduate yang identik dengan belum tahu apa apa. Karyawan baru minim pengalaman yang masih berstatus kontrak.  Tak ubahnya seperti angin, lalu lalang, terasa keberadaannya tapi seolah tak tampak perannya. Selain itu, mental dan daya tahan karyawan seperti mereka kebanyakan seperti orang mudah masuk angin. Tidak tahan banting. Meskipun sebenarnya dari sebagian mereka bisa jadi akan berubah menjadi orang yang luar biasa.
Perjuangan empat sekawan sejak melamar pekerjaan sampai menjadi orang sukses dengan bumbu-bumbu kisah asmara mereka ada disini. Baca sendiri ya kalau mau tahu ceritanya hehe.
Melalui novel ini, pembaca akan lebih sadar bahwa tantangan di dunia kerja itu tidak main main. Orang orang kantor sangat bermacam-macam watak dan pribadinya. Mulai dari yang hebat dan menyenangkan sampai setan berwujud manusia pun ada. Terkadang kita dipaksa memilih mengikuti sistem tetapi bertolak dengan hati nurani, atau mencoba menyelamatkan sistem yang tidak benar tersebut meskipun membahayakan diri sendiri. Gambaran konflik konflik yang terjadi di dunia kerja diceritakan secara gamblang dan menarik oleh penulis tanpa adanya kesan hiperbola *eh sedikit hiperbola sih, namanya juga novel haha.
Meskipun ada beberapa bagian yang agak membosankan, tetapi novel ini recommended untuk dibaca. Ada quote dari novel ini yang diucapkan oleh seorang senior “Setinggi apapun ilmumu, jangan pernah sombong dan jika kita sedang dalam persaingan jangan pernah berdoa ‘Semoga dia gagal’ tapi berdoalah ‘Semoga saya berhasil’. Dengan begitu, kita akan lebih fokus berusaha, jangan biarkan fokus kita adalah mengurusi orang lain dan selalu iri dengan keberhasilan orang lain.”
Salah satu kalimat yang saya sukai dari novel ini adalah kata kata Pak Handoyo, orang yang ditugaskan untuk membimbing anak anak angin. “Suatu saat kalian akan masuk ke dalam pekerjaan manajerial. Tapi itu nanti. Mungkin empat atau lima tahun lagi. Saat ini adalah kesempatan kalian bekerja profesional sesuai ilmu masing masing. Indonesia tak akan maju kalau mengandalkan bapak bapak politikus atau tuan tuan yang duduk di pemerintahan itu. Kalianlah ujung tombak perubahan itu.”
Ada juga quote lain yang menggelitik hati saya “Insinyur sejati selalu siap memecahkan masalah. Hari tanpa masalah selalu terasa lama, jenuh, dan membosankan”. Sebagai mahasiswa engineering, saya merasa.................. 

Sekian. 

Thursday 23 January 2014

Jalan Jalan ke Air Terjun Sri Gethuk

Air Terjun Sri Gethuk terletak di Padukuhan (Dusun) Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Asal mula nama Sri Gethuk adalah dahulu lokasi air terjun ini cukup tersembunyi. Kemudian secara tidak sengaja ada orang pendatang bernama Mbak Sri menemukan air terjun ini. Ketidaksengajaan ini dipelopori oleh tersesatnya Mbak Sri di daerah tersebut ketika sedang menjajakan gethuknya. Nah jadilah namanya Sri Gethuk. Bercanda ding, saya sebenernya cuma ngasal. Saya juga nggak tau kenapa dinamakan Sri Gethuk, hahaha.
Perjalanan menuju ke sana tidak sampai 90 menit jika ditempuh dengan kecepatan standar (Amplaz-Sri Gethuk). Nah bagi yang belum tau dimana itu Desa Bleberan, nih saya kasih peta buta. Dari Amplaz (Ambarukmo Plaza) lurus ke arah Solo. Anda akan menemukan lampu merah Janti yang ada jembatan layangnya. Belok kanan. Lurus. Perempatan kedua belok kiri. Lurus sampai melewati tiga lampu merah. Dari lampu merah ketiga tetap lurus, kemudian anda akan melewati Bukit Bintang. Beberapa meter dari Bukit Bintang akan ada gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Kabupaten Gunung Kidul". Ikuti jalan tersebut, kira kira 20 menit anda akan menemukan Hutan Rakyat Tleseh. Sepanjang jalan tersebut, di sebelah kanan jalan hutan, di sebelah kiri jalan juga hutan. Setelah jalan berhutan-hutan tersebut berakhir anda akan menemukan lampu merah pertama. Lurus, anda akan menemukan lampu merah kedua. Belok kanan. Lurus sampai menemukan pasar. Setelah melewati pasar, belok kanan. Ikuti jalan sampai anda menemukan perempatan yang ada petunjuk arahnya jika lurus ke Baron dan jika ke kanan Sri Gethuk. Ambil kanan. Lurus. Dari sini anda akan terus dibantu oleh petunjuk arah sampai menuju lokasi. Kemudian sampailah ke tempat tujuan. Tiket masuk seharga 5000 per kepala (merupakan tiket terusan dengan Gua Rancang Kencono). Setelah beberapa menit perjalanan dari gerbang tiket masuk melewati jalanan tanah semi batuan, sampailah di tempat parkir Air Terjun Sri Gethuk.
Dari tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Yang pertama adalah jalan kaki, yang kedua adalah naik rakit/perahu. Tetapi sewaktu saya kesini hanya ada satu pilihan, yaitu jalan kaki. Hal ini dikarenakan saya pergi kesini sewaktu musim hujan. Saat musim hujan tiba, biasanya rakit tidak bisa beroperasi dikarenakan air lebih tinggi satu meter dari biasanya dan arusnya juga menjadi sangat deras.
Ini adalah jalan menuju air terjun. Nggak jauh kok.

Dan akhirnya sampailah di air terjun
 Narsis bersama air terjun
Pemandangan sekitar air terjun

Sebenarnya, sungai di sekitar air terjun ini sangat jernih. Akan tetapi karena sedang musim hujan air menjadi keruh. Disarankan jika ingin melihat keindahan air terjun Sri Gethuk lebih baik saat musim kemarau. Selain airnya jernih, rakit pun bisa beroperasi sehingga bisa menyaksikan keindahan alam sekitar air terjun di atas rakit.
Nah, harusnya seperti ini nih, beda banget kan ?
(image source: alannobita.blogspot.com)
Oh iya, bagi yang suka bermain air jangan lupa bawa baju ganti.
Yang jelas kalau mau refreshing tempat ini cocok deh. Tempatnya asik banget. Apalagi kalau datengnya pagi. Lebih asik banget banget banget, soalnya berasa air terjun milik pribadi. Pengunjung masih sepi, jadi bisa foto-foto sepuasnya tanpa harus bergantian dengan pengunjung lain. Bisa foto-foto dengan tenang karena pemandangan tidak terganggu dengan orang yang berlalu lalang dan juga orang-orang yang sedang main air. Petugasnya juga baik. Tour guide gratisan bangetlah pokoknya. Bayarnya juga murah. Apalagi kalau jalan kaki. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk sewa rakit.
Setelah puas menikmati indahnya air terjun Sri Gethuk, alangkah baiknya jika mampir ke Wisata Goa Rancang Kencono.

Itu adalah foto yang diambil di luar Goa. Kami tidak berminat masuk karena sudah nggak bisa foto-foto lagi (red:batre habis) 
Sekian sharing perjalanan saya kali ini. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.






Friday 3 January 2014

TEGURAN

Jumat, 3 Januari 2014. Hari ini adalah hari bersejarah bagi saya. Kenapa bersejarah? karena hari ini adalah salah satu moment penting yang harus selalu diingat. 

Minggu ini adalah minggu tenang. Hari Rabu, tanggal 1 januari adalah ulang tahun saya, tepat umur saya memasuki kepala dua. Malam tahun baru saya lewati dengan pergi ke Bukit Bintang, menikmati indahnya pemandangan dari atas yang dari sana kita bisa melihat indahnya lampu-lampu kota yang dihiasi dengan beratus-ratus kembang api pada saat menjelang dini hari. Pagi harinya, saya langsung pulang kampung. Hari itu berlangsung menyenangkan karena banyak mendapat ucapan dan doa-doa dari teman teman dan sahabat saya. Malamnya adalah malam yang membahagiakan karena mendapat hadiah dari keluarga. Perayaan kecil-kecilan dengan keluarga dan teman dekat saya. Terimakasih kepada semua yang telah berpartisipasi membahagiakan saya pada hari ulang tahun saya. Semoga doa-doanya balik juga ke kalian :))

Tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Minggu tenang ini ternyata tidak tenang.
Sebelum UAS dimulai, saya berencana untuk menghabiskan waktu dirumah. Meskipun laporan saya sampai saat ini belum mendapat acc, tapi sejenak saya lupakan masalah itu. Sampai tiba-tiba pada hari Kamis, saya mendapat sms dari teman-teman yang kurang lebih berbunyi "Ir, absen KFmu kurang lho". Arti dari sms itu kurang lebih adalah saya harus segera balik ke jogja untuk mengurusnya, karena absensi kurang berarti tidak diijinkan mengikuti UAS. Saya tidak terlalu kaget menerima sms tersebut, karena saya akui saya memang jarang masuk dan dosennya pun juga jarang masuk. Jumat pagi, saya segera berangkat ke Jogja untuk mengurusnya. Dari pukul 10.00 - 15.30 saya menghabiskan waktu di kampus demi absensi tersebut. Saya mengajukan surat seperti ini:
 
 Bisa dibilang, saya santai saja menanggapi hal ini. Yang pertama, karena jujur saya merasa dosen ini yang seharusnya dipertanyakan. Terlambat pun beliau terkadang tidak tanggung-tanggung. Kuliah jarang masuk. Absensi dosen ini bahkan hanya 50%. Seharusnya jika mahasiswa dengan kehadiran <75% tidak boleh mengikuti UAS, dosen juga sebaliknya. Kehadiran <75% tidak boleh mengadakan UAS. Haha. Kasian yang absensinya >75% dong nggak boleh ikut UAS? Setidaknya jika ada peraturan seperti ini, tidak mungkin dosen tersebut kehadirannya <75%, kecuali kalau memang pengen di-demo satu angkatan.

Ke-santai-an saya mulai hilang ketika melihat absensi Termodinamika saya. Ya, 73%. Padahal tiga SKS. Hal tersebut dikarenakan Dosen tersebut tidak mengadakan kuliah sebanyak 2x karena ada urusan di Jepang dan tidak diadakan kuliah pengganti. Apakah dosennya salah? Menurut saya, tidak. Tidak tahu maksudnya. Tidak tahu aturannya sih kalau menyangkut dosen. Tetapi jika saya menyalahkan dosen, artinya saya hanya menyalahkan keadaan. Buktinya, yang lain juga bisa >75%, kenapa saya tidak? Kali ini, saya yang harus instrospeksi diri. 73% artinya dari 11x kuliah, saya tidak hadir sebanyak 3x.
Yang pertama, sepertinya karena saya sakit. Itu juga nggak pake surat, karena saya sudah memperhitungkan jika saya tidak masuk 3x, absensi saya masih aman (dihitung 14x pertemuan). Dan bodohnya saya, saya tidak pernah mempertimbangkan hal-hal tak terduga, seperti hari libur dan dosen ada urusan sehingga beliau tidak bisa mengajar. Yang kedua, saya lupa saya tidak masuk karena apa, tapi mungkin juga karena kesiangan. Yang ketiga adalah yang paling nyesek. Waktu itu, seperti biasa saya selalu berangkat mepet. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima. Dan tiba-tiba kunci motor saya entah dimana. Saya obrak-abrik kamar saya, tetap saja nihil. Mau sms teman minta nebeng, pasti mereka juga sudah berangkat kalau sudah siang seperti ini. Saya kemudian memutuskan jalan kaki. Jarak kos-kampus lumayan jauh. Setelah sampai di Sarjito, saya lihat sudah jam setengah 8 lebih. Saya tidak enak jika terlambat dengan durasi keterlaluan, karena faktanya banyak orang yang terganggu jika ada orang lain yang datang terlambat. Saya sudah batasi, saya tidak boleh terlambat lebih dari 15 menit. Jika terlambat lebih dari itu, saya lebih baik pulang. Kemudian, akhirnya saya pulang ke kos, tidak jadi ke kampus. Seandainya nekat, tidak akan ada 73%. Tapi tidak ada kata seandainya. Faktanya, saya tidak boleh mengikuti ujian sebanyak 5 SKS yang artinya nilai saya langsung E. Dan jika dihitung, IP saya maksimal hanya 3,1 jika semua mata kuliah kecuali 5 SKS tersebut mendapat A, yang artinya tidak mungkin mengingat UTS saya yang lumayan parah. Jika mendapat B, IP saya maksimal hanya 2,3. Menyesal? Entahlah. Galau? Tentu saja. Seharusnya hari ini saya sudah nyicil belajar, tapi saya tidak bisa konsentrasi mengingat ini. Bagi yang membaca ini, kalau mau menyalahkan atau nyokorke wajar saja. Memang saya yang salah. Tidak perlu disalahkan pun saya tahu itu. Menyalahkan adalah hak anda. Tapi jika saya sedih itu adalah hak saya.
Tapi saya yakin, semua pasti ada hikmahnya. Ini merupakan teguran dari Allah. Orang yang belum bisa membagi waktu dengan baik dan masih kebanyakan tidur seperti saya seharusnya jangan terlalu banyak ikut organisasi atau kegiatan. Masih ada waktu untuk menolak amanah itu. Bukan karena saya tidak mau, tapi saya lebih tau kapasitas diri saya. Dan pasti ada orang yang lebih mampu daripada saya. Semester depan, cukup tiga kegiatan saja, saatnya fokus kuliah. Karena, kuliah juga amanah orang tua. Setelah peristiwa ini, saya tidak berjanji untuk tidak membolos lagi dengan alasan yang tidak bisa diterima akal sehat di semester berikutnya. 
Belum ada hasil apapun sampai sekarang apakah saya diijinkan ikut ujian atau tidak. Dan ternyata melobi itu tidak mudah. Akan ada orang yang hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang saja. Tidak membantu, tetapi hanya melempar kata-kata nasihat yang kecil kemungkinannya bisa disebut nasihat. Doakan saya ya. Semoga saya bisa mengikuti Ujian Akhir 5 SKS tersebut. Aamiin