Wednesday 19 April 2017

Selagi Masih Diberi Waktu, Mari Biasakan Sholat Tepat Waktu

Yuk saling menasihati dalam kebaikan :)

Bismillahirrahmanirrahim

Barangkali beberapa dari kita ada yang tidak mengetahui perihal pentingnya amalan salat tepat waktu, pun juga luput mencari tahu.
Barangkali banyak dari kita telah banyak tahu perkara amalan tersebut, tapi belum tergerak mengamalkannya.
Atau barangkali sebagian dari kita sudah mulai mengamalkannya, tapi lupa mengusahakan untuk istiqamah.
Pun barangkali ada dari kita telah istiqamah salat tepat waktu. Namun, sudahkah keikhlasan selalu mampu mengiringi?
Betapa manusia adalah makhluk yang lemah. Dan sesungguhnya, Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

Salat adalah tiang agama. Andaikan kita ingin membangun rumah tetapi tanpa tiang, barang tentu mustahil untuk berdiri. Apa bisa disebut sebagai rumah? Tentu tidak karena tiang adalah komponen utama pada sebuah rumah. Pun begitu utamanya kedudukan salat dalam Islam. Salat menentukan roboh atau tegaknya Islam dalam diri seseorang. Jika dilihat dalam arti lebih luas maka salat juga akan menentukan roboh atau tegaknya agama Islam dalam suatu zaman. Salat adalah amalan yang akan pertama kali dihisab. Orang yang salatnya baik akan selamat dan orang yang salatnya rusak termasuk golongan orang yang merugi.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salatnya. Apabila salatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila salatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari salat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan salat sunnah?’ Maka salat sunnah tersebut akan menyempurnakan salat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud, Ahmad, Hakim, Baihaqi).

Salat pada waktunya merupakan amalan yang paling utama. Dari Abu Amr Asy-Syaibani –yang bernama Sa’d bin Iyas-, dia berkata : Telah bercerita kepada saya pemilik rumah ini –dia mengisyaratkan dengan tangannya ke rumah Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu-, dia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: “Amal perbuatan apa yang paling dicintai Allah?
Beliau menjawab : “Salat pada waktunya”
Saya bertanya : “Kemudian apa ?”
Beliau menjawab : “Berbakti kepada kedua orang tua”
Saya bertanya : “Kemudian apa ?”
Beliau menjawab : “Jihad di jalan Allah”

Sedangkan firman Allah mengenai orang-orang yang lalai dalam salatnya adalah sebagai berikut:
"Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya." [Al-Ma'un: 4-5].
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya."
Ya, mengakhirkan waktunya. Menunda-nunda. Bahkan seringnya sampai terburu-buru melaksanakan salatnya karena sudah akan masuk waktu salat berikutnya. Kemudian setelahnya kembali berkutat dengan aktivitasnya lalu kembali menunda untuk salat berikutnya. Astaghfirullah.
Adapun balasan untuk orang yang menyia-nyiakan salat tertulis pada ayat Al-Quran berikut ini:
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." [Maryam: 58-60].
 Ibnu Abbas berkata, "Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya."
Ayat tersebut mengingatkan kita akan datangnya suatu masa yang kebanyakan penghuninya adalah generasi yang rusak, manjadikan hawa nafsu sebagai yang nomor satu. Generasi yang menyia-nyiakan salatnya. Astaghfirullah. Sungguh berbeda dengan generasi terdahulu dan generasi saat Islam pertama-tama disebarkan. Pada novel "Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan" karya Tasaro GK yang mengacu pada sumber-sumber terpercaya, ada sebuah paragraf yang pasti akan membuat kita benar terharu.
"Sebuah suara melengking dari masjid, lalu orang-orang serempak meninggalkan apapun yang tengah dia kerjakan sebelumnya. Mereka yang tengah berdagang, meninggalkan dagangannya. Mereka yang sedang mencangkul, melepaskan cangkulnya. Mereka yang beristirahat, buru-buru meninggalkan rumahnya. Serempak, tanpa seorang pun yang memberontak. Bergelombang penduduk kota menuju masjid dalam kepatuhan yang jauh dari imajinasi Abu Sufyan.”

Kemudian ketika kita bandingkan dengan masa sekarang.
Suara adzan tak membuat kita berhenti scroll sosial media.
Suara adzan tak membuat kita mengambil jeda sejenak untuk salat, tetap saja kita melaju di jalan raya. Setan pun berbisik, “Nanggung, bentar lagi sampai.”
Suara adzan hanya sekedar lewat, kemudian kembali sibuk bekerja.
Panggilan Allah tak lagi membuat kita bersegera karena takut siksa-Nya, lebih terasa takutnya ketika dimarahi bos, dicerca pelanggan, dsb.
Ya, kebanyakan dari kita masih seperti itu. Saya pun. Astaghfirullah.

Oleh sebab itu, selagi kita masih diberi waktu, yuk benahi salat kita. Sebelum penyesalan datang di hari kemudian. Selama belum menghadapi sakaratul maut, mulailah untuk salat tepat waktu dan peliharalah salat. Ingatlah selalu, saat ruh manusia telah sampai pada kerongkongan, saat itulah taubat manusia sudah tak lagi berguna.

Berbicara tentang penyesalan, kita semua pasti pernah merasakannya.  Menyesal ketika tidak bisa masuk di sekolah yang diimpikan karena kurang belajar, menyesal tak bisa membawa medali karena tak berusaha lebih keras, ataupun bagi yang orang tuanya sudah meninggal (Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un), menyesal tak berbakti kepada orang tua selagi mereka masih ada. Namun, seperti waktu hidup di dunia yang sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lamanya kehidupan di akhirat, pun penyesaan di dunia juga tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penyesalan ketika di akhirat. Jangan sampai kita menyesal di hari kemudian karena lupa membawa amal saleh sebagai bekal, salah satunya adalah memelihara salat. Adapun tentang penyesalan, seperti tersebut dalam Al-Qur’an bahwa orang-orang yang tak percaya bahwa setelah kematian dia akan kembali kepada-Nya, menemui penyesalannya ketika dihadapkan siksa kubur. Naudzubillah min dzalik.

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". [As Sajdah:12]

Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan". [As Sajdah:14]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. [As Sajdah: 15]

Alangkah banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang membahas mengenai salat. Tak kalah banyak pula ayat-ayat Al-Qur'an yang mengingatkan kita akan datangnya hari akhir. Manusialah yang memang seringnya tak mampu menggunakan indranya dengan semestinya. Betapa kita manusia adalah makhluk yang lemah.

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” [Taha:14].

“Sungguh, hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang dia usahakan” [Taha:15].

“Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa” [Taha:16].

Mengubah kebiasaan buruk bukan hal yang mudah, seperti halnya mengubah kebiasaan menunda-nunda salat. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengubah kebiasaan tersebut:

1. Membuat alarm salat
Buatlah alarm salat. Semisal alarm untuk salat Ashar adalah 15.04 dan 16.00. Dua alarm tersebut untuk mengantisipasi jika kita masih melewatkan salat setelah adzan berkumandang. Jika sudah berhasil salat jam 16.00, ubah alarm menjadi 15.04 dan 15.30, dan terus perbaiki sampai terbiasa salat setelah adzan memanggil.

2. Banyak berteman dengan orang-orang saleh
Keberadaan seorang teman sedikit banyak akan mempengaruhi akhlak dan kepribadian kita. Oleh sebab itu, bertemanlah dengan orang-orang saleh. Mereka adalah salah satu dari banyak hal yang menginspirasi kita untuk melakukan kebaikan. Bersyukurlah ketika kita menemukan teman yang mau mengajak kita pada kebaikan dan tidak segan menasihati jika kita melakukan kesalahan.

3. Mendekatkan diri kepada Allah
Salat tepat waktu akan sulit dijalankan ketika kita jauh dari Allah. Mendekatkan diri kepada Allah bisa dengan memperbanyak amalan sunnah. Cobalah mulai untuk lebih memperbanyak dzikir dan istighfar dalam rangka mengingat Allah. Selain itu, semua takkan terjadi tanpa kehendak Allah. Maka, banyak-banyaklah berdoa agar diberikan kemudahan untuk bisa memelihara salat.

4. Membaca kisah Rasulullah SAW dan meneladaninya
Membaca kisah perjuangan Rasulullah SAW akan membuat kita lebih memaknai Islam dan mengerti akan sifat-sifat serta kebiasaan Rasulullah SAW yang seharusnya kita teladani. 

Wallahualam bi shawab.

Akhir kata, terinspirasi itu mudah, yang sulit itu konsistensi. Namun, hal yang sulit bukan berarti tak bisa diusahakan bukan? Sekian. Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

Sumber:
Al Qur’an
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/04/27/amalan-yang-paling-utama/
http://www.hisbah.net/salat-adalah-amalan-yang-pertama-kali-akan-dihisab/