Tuesday 28 January 2014

Resensi Novel: Anak Anak Angin

Penulis: Chandra Wahyudi
Terbit: April 2012
Tebal buku : 354 halaman
Harga: Rp. 64.800,00

Sebuah perusahaan manufaktur komponen mesin dan elektronik merekrut sembilan sarjana baru sebagai kader. Oleh para senior mereka dijuluki ‘Anak-Anak Angin’. Julukan bernada ejekan itu ditujukan untuk anak-anak fresh graduate yang ‘belum apa-apa’. Empat diantaranya lalu bersahabat akrab. Iwang, lelaki tampan menawan tapi mudah emosi. We yang lugu namun banyak beruntung. Triplex, pria kurus tipis yang sering tertimpa sial tapi selalu tabah dan sabar. Dan Agyo, yang berpembawaan tenang tapi memiliki kemauan keras luar biasa. 

Serangkaian pengalaman terjadi di perusahaan patungan Indonesia-Jepang itu. Sampai sebuah peristiwa meminta saksi atas perbuatan memalukan yang dilakukan salah seorang bos. Kejadian itu menyebabkan mereka ‘terlempar’ ke Jepang selama dua tahun melalui program pertukaran karyawan antar perusahaan. Kisah-kisah mereka lalu diwarnai kejadian-kejadian unik, lucu, aneh, romantis dan tak terduga. “Mereka harus hormat pada bangsa Indonesia!” Ucapan bernada geram yang pertama kali mereka dengar dari seorang pembimbing itu lalu menjadi pembakar semangat mereka sebagai pekerja asing dalam berkompetisi dengan bangsa lain. Sebuah kesempatan emas datang ketika mereka mengikuti ajang adu keterampilan. Semangat untuk membuktikan kemampuan otak dan tenaga Indonesia mengantarkan mereka pada pengalaman emosional yang tak terlupakan.

Novel ini menceritakan tentang empat sekawan yang bekerja di PT. Chisaki Industries Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur komponen control elektronik yang dipakai kendaraan kendaraan dan mesin industri. Seperti yang sudah disebutkan di sampul belakang buku, mereka dijuluki sebagai anak anak angin. Julukan bernada ejekan yang dilontarkan oleh para senior mereka tersebut muncul karena mereka merupakan fresh graduate yang identik dengan belum tahu apa apa. Karyawan baru minim pengalaman yang masih berstatus kontrak.  Tak ubahnya seperti angin, lalu lalang, terasa keberadaannya tapi seolah tak tampak perannya. Selain itu, mental dan daya tahan karyawan seperti mereka kebanyakan seperti orang mudah masuk angin. Tidak tahan banting. Meskipun sebenarnya dari sebagian mereka bisa jadi akan berubah menjadi orang yang luar biasa.
Perjuangan empat sekawan sejak melamar pekerjaan sampai menjadi orang sukses dengan bumbu-bumbu kisah asmara mereka ada disini. Baca sendiri ya kalau mau tahu ceritanya hehe.
Melalui novel ini, pembaca akan lebih sadar bahwa tantangan di dunia kerja itu tidak main main. Orang orang kantor sangat bermacam-macam watak dan pribadinya. Mulai dari yang hebat dan menyenangkan sampai setan berwujud manusia pun ada. Terkadang kita dipaksa memilih mengikuti sistem tetapi bertolak dengan hati nurani, atau mencoba menyelamatkan sistem yang tidak benar tersebut meskipun membahayakan diri sendiri. Gambaran konflik konflik yang terjadi di dunia kerja diceritakan secara gamblang dan menarik oleh penulis tanpa adanya kesan hiperbola *eh sedikit hiperbola sih, namanya juga novel haha.
Meskipun ada beberapa bagian yang agak membosankan, tetapi novel ini recommended untuk dibaca. Ada quote dari novel ini yang diucapkan oleh seorang senior “Setinggi apapun ilmumu, jangan pernah sombong dan jika kita sedang dalam persaingan jangan pernah berdoa ‘Semoga dia gagal’ tapi berdoalah ‘Semoga saya berhasil’. Dengan begitu, kita akan lebih fokus berusaha, jangan biarkan fokus kita adalah mengurusi orang lain dan selalu iri dengan keberhasilan orang lain.”
Salah satu kalimat yang saya sukai dari novel ini adalah kata kata Pak Handoyo, orang yang ditugaskan untuk membimbing anak anak angin. “Suatu saat kalian akan masuk ke dalam pekerjaan manajerial. Tapi itu nanti. Mungkin empat atau lima tahun lagi. Saat ini adalah kesempatan kalian bekerja profesional sesuai ilmu masing masing. Indonesia tak akan maju kalau mengandalkan bapak bapak politikus atau tuan tuan yang duduk di pemerintahan itu. Kalianlah ujung tombak perubahan itu.”
Ada juga quote lain yang menggelitik hati saya “Insinyur sejati selalu siap memecahkan masalah. Hari tanpa masalah selalu terasa lama, jenuh, dan membosankan”. Sebagai mahasiswa engineering, saya merasa.................. 

Sekian. 

Thursday 23 January 2014

Jalan Jalan ke Air Terjun Sri Gethuk

Air Terjun Sri Gethuk terletak di Padukuhan (Dusun) Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Asal mula nama Sri Gethuk adalah dahulu lokasi air terjun ini cukup tersembunyi. Kemudian secara tidak sengaja ada orang pendatang bernama Mbak Sri menemukan air terjun ini. Ketidaksengajaan ini dipelopori oleh tersesatnya Mbak Sri di daerah tersebut ketika sedang menjajakan gethuknya. Nah jadilah namanya Sri Gethuk. Bercanda ding, saya sebenernya cuma ngasal. Saya juga nggak tau kenapa dinamakan Sri Gethuk, hahaha.
Perjalanan menuju ke sana tidak sampai 90 menit jika ditempuh dengan kecepatan standar (Amplaz-Sri Gethuk). Nah bagi yang belum tau dimana itu Desa Bleberan, nih saya kasih peta buta. Dari Amplaz (Ambarukmo Plaza) lurus ke arah Solo. Anda akan menemukan lampu merah Janti yang ada jembatan layangnya. Belok kanan. Lurus. Perempatan kedua belok kiri. Lurus sampai melewati tiga lampu merah. Dari lampu merah ketiga tetap lurus, kemudian anda akan melewati Bukit Bintang. Beberapa meter dari Bukit Bintang akan ada gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Kabupaten Gunung Kidul". Ikuti jalan tersebut, kira kira 20 menit anda akan menemukan Hutan Rakyat Tleseh. Sepanjang jalan tersebut, di sebelah kanan jalan hutan, di sebelah kiri jalan juga hutan. Setelah jalan berhutan-hutan tersebut berakhir anda akan menemukan lampu merah pertama. Lurus, anda akan menemukan lampu merah kedua. Belok kanan. Lurus sampai menemukan pasar. Setelah melewati pasar, belok kanan. Ikuti jalan sampai anda menemukan perempatan yang ada petunjuk arahnya jika lurus ke Baron dan jika ke kanan Sri Gethuk. Ambil kanan. Lurus. Dari sini anda akan terus dibantu oleh petunjuk arah sampai menuju lokasi. Kemudian sampailah ke tempat tujuan. Tiket masuk seharga 5000 per kepala (merupakan tiket terusan dengan Gua Rancang Kencono). Setelah beberapa menit perjalanan dari gerbang tiket masuk melewati jalanan tanah semi batuan, sampailah di tempat parkir Air Terjun Sri Gethuk.
Dari tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Yang pertama adalah jalan kaki, yang kedua adalah naik rakit/perahu. Tetapi sewaktu saya kesini hanya ada satu pilihan, yaitu jalan kaki. Hal ini dikarenakan saya pergi kesini sewaktu musim hujan. Saat musim hujan tiba, biasanya rakit tidak bisa beroperasi dikarenakan air lebih tinggi satu meter dari biasanya dan arusnya juga menjadi sangat deras.
Ini adalah jalan menuju air terjun. Nggak jauh kok.

Dan akhirnya sampailah di air terjun
 Narsis bersama air terjun
Pemandangan sekitar air terjun

Sebenarnya, sungai di sekitar air terjun ini sangat jernih. Akan tetapi karena sedang musim hujan air menjadi keruh. Disarankan jika ingin melihat keindahan air terjun Sri Gethuk lebih baik saat musim kemarau. Selain airnya jernih, rakit pun bisa beroperasi sehingga bisa menyaksikan keindahan alam sekitar air terjun di atas rakit.
Nah, harusnya seperti ini nih, beda banget kan ?
(image source: alannobita.blogspot.com)
Oh iya, bagi yang suka bermain air jangan lupa bawa baju ganti.
Yang jelas kalau mau refreshing tempat ini cocok deh. Tempatnya asik banget. Apalagi kalau datengnya pagi. Lebih asik banget banget banget, soalnya berasa air terjun milik pribadi. Pengunjung masih sepi, jadi bisa foto-foto sepuasnya tanpa harus bergantian dengan pengunjung lain. Bisa foto-foto dengan tenang karena pemandangan tidak terganggu dengan orang yang berlalu lalang dan juga orang-orang yang sedang main air. Petugasnya juga baik. Tour guide gratisan bangetlah pokoknya. Bayarnya juga murah. Apalagi kalau jalan kaki. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk sewa rakit.
Setelah puas menikmati indahnya air terjun Sri Gethuk, alangkah baiknya jika mampir ke Wisata Goa Rancang Kencono.

Itu adalah foto yang diambil di luar Goa. Kami tidak berminat masuk karena sudah nggak bisa foto-foto lagi (red:batre habis) 
Sekian sharing perjalanan saya kali ini. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.






Friday 3 January 2014

TEGURAN

Jumat, 3 Januari 2014. Hari ini adalah hari bersejarah bagi saya. Kenapa bersejarah? karena hari ini adalah salah satu moment penting yang harus selalu diingat. 

Minggu ini adalah minggu tenang. Hari Rabu, tanggal 1 januari adalah ulang tahun saya, tepat umur saya memasuki kepala dua. Malam tahun baru saya lewati dengan pergi ke Bukit Bintang, menikmati indahnya pemandangan dari atas yang dari sana kita bisa melihat indahnya lampu-lampu kota yang dihiasi dengan beratus-ratus kembang api pada saat menjelang dini hari. Pagi harinya, saya langsung pulang kampung. Hari itu berlangsung menyenangkan karena banyak mendapat ucapan dan doa-doa dari teman teman dan sahabat saya. Malamnya adalah malam yang membahagiakan karena mendapat hadiah dari keluarga. Perayaan kecil-kecilan dengan keluarga dan teman dekat saya. Terimakasih kepada semua yang telah berpartisipasi membahagiakan saya pada hari ulang tahun saya. Semoga doa-doanya balik juga ke kalian :))

Tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Minggu tenang ini ternyata tidak tenang.
Sebelum UAS dimulai, saya berencana untuk menghabiskan waktu dirumah. Meskipun laporan saya sampai saat ini belum mendapat acc, tapi sejenak saya lupakan masalah itu. Sampai tiba-tiba pada hari Kamis, saya mendapat sms dari teman-teman yang kurang lebih berbunyi "Ir, absen KFmu kurang lho". Arti dari sms itu kurang lebih adalah saya harus segera balik ke jogja untuk mengurusnya, karena absensi kurang berarti tidak diijinkan mengikuti UAS. Saya tidak terlalu kaget menerima sms tersebut, karena saya akui saya memang jarang masuk dan dosennya pun juga jarang masuk. Jumat pagi, saya segera berangkat ke Jogja untuk mengurusnya. Dari pukul 10.00 - 15.30 saya menghabiskan waktu di kampus demi absensi tersebut. Saya mengajukan surat seperti ini:
 
 Bisa dibilang, saya santai saja menanggapi hal ini. Yang pertama, karena jujur saya merasa dosen ini yang seharusnya dipertanyakan. Terlambat pun beliau terkadang tidak tanggung-tanggung. Kuliah jarang masuk. Absensi dosen ini bahkan hanya 50%. Seharusnya jika mahasiswa dengan kehadiran <75% tidak boleh mengikuti UAS, dosen juga sebaliknya. Kehadiran <75% tidak boleh mengadakan UAS. Haha. Kasian yang absensinya >75% dong nggak boleh ikut UAS? Setidaknya jika ada peraturan seperti ini, tidak mungkin dosen tersebut kehadirannya <75%, kecuali kalau memang pengen di-demo satu angkatan.

Ke-santai-an saya mulai hilang ketika melihat absensi Termodinamika saya. Ya, 73%. Padahal tiga SKS. Hal tersebut dikarenakan Dosen tersebut tidak mengadakan kuliah sebanyak 2x karena ada urusan di Jepang dan tidak diadakan kuliah pengganti. Apakah dosennya salah? Menurut saya, tidak. Tidak tahu maksudnya. Tidak tahu aturannya sih kalau menyangkut dosen. Tetapi jika saya menyalahkan dosen, artinya saya hanya menyalahkan keadaan. Buktinya, yang lain juga bisa >75%, kenapa saya tidak? Kali ini, saya yang harus instrospeksi diri. 73% artinya dari 11x kuliah, saya tidak hadir sebanyak 3x.
Yang pertama, sepertinya karena saya sakit. Itu juga nggak pake surat, karena saya sudah memperhitungkan jika saya tidak masuk 3x, absensi saya masih aman (dihitung 14x pertemuan). Dan bodohnya saya, saya tidak pernah mempertimbangkan hal-hal tak terduga, seperti hari libur dan dosen ada urusan sehingga beliau tidak bisa mengajar. Yang kedua, saya lupa saya tidak masuk karena apa, tapi mungkin juga karena kesiangan. Yang ketiga adalah yang paling nyesek. Waktu itu, seperti biasa saya selalu berangkat mepet. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima. Dan tiba-tiba kunci motor saya entah dimana. Saya obrak-abrik kamar saya, tetap saja nihil. Mau sms teman minta nebeng, pasti mereka juga sudah berangkat kalau sudah siang seperti ini. Saya kemudian memutuskan jalan kaki. Jarak kos-kampus lumayan jauh. Setelah sampai di Sarjito, saya lihat sudah jam setengah 8 lebih. Saya tidak enak jika terlambat dengan durasi keterlaluan, karena faktanya banyak orang yang terganggu jika ada orang lain yang datang terlambat. Saya sudah batasi, saya tidak boleh terlambat lebih dari 15 menit. Jika terlambat lebih dari itu, saya lebih baik pulang. Kemudian, akhirnya saya pulang ke kos, tidak jadi ke kampus. Seandainya nekat, tidak akan ada 73%. Tapi tidak ada kata seandainya. Faktanya, saya tidak boleh mengikuti ujian sebanyak 5 SKS yang artinya nilai saya langsung E. Dan jika dihitung, IP saya maksimal hanya 3,1 jika semua mata kuliah kecuali 5 SKS tersebut mendapat A, yang artinya tidak mungkin mengingat UTS saya yang lumayan parah. Jika mendapat B, IP saya maksimal hanya 2,3. Menyesal? Entahlah. Galau? Tentu saja. Seharusnya hari ini saya sudah nyicil belajar, tapi saya tidak bisa konsentrasi mengingat ini. Bagi yang membaca ini, kalau mau menyalahkan atau nyokorke wajar saja. Memang saya yang salah. Tidak perlu disalahkan pun saya tahu itu. Menyalahkan adalah hak anda. Tapi jika saya sedih itu adalah hak saya.
Tapi saya yakin, semua pasti ada hikmahnya. Ini merupakan teguran dari Allah. Orang yang belum bisa membagi waktu dengan baik dan masih kebanyakan tidur seperti saya seharusnya jangan terlalu banyak ikut organisasi atau kegiatan. Masih ada waktu untuk menolak amanah itu. Bukan karena saya tidak mau, tapi saya lebih tau kapasitas diri saya. Dan pasti ada orang yang lebih mampu daripada saya. Semester depan, cukup tiga kegiatan saja, saatnya fokus kuliah. Karena, kuliah juga amanah orang tua. Setelah peristiwa ini, saya tidak berjanji untuk tidak membolos lagi dengan alasan yang tidak bisa diterima akal sehat di semester berikutnya. 
Belum ada hasil apapun sampai sekarang apakah saya diijinkan ikut ujian atau tidak. Dan ternyata melobi itu tidak mudah. Akan ada orang yang hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang saja. Tidak membantu, tetapi hanya melempar kata-kata nasihat yang kecil kemungkinannya bisa disebut nasihat. Doakan saya ya. Semoga saya bisa mengikuti Ujian Akhir 5 SKS tersebut. Aamiin