Sunday 12 May 2013

Dalam kehidupan, Tidak ada yang sia-sia

Sejatinya, dengan mengerti bahwa setiap potongan hidup itu penting, maka seseorang tidak akan banyak bertanya, kemudian menyesali setiap takdir-Nya.

Alkisah, hiduplah seorang Arab tua, renta, sakit sakitan. Selama delapan puluh tahun Arab tua itu tinggal di Oase gurun. Kehidupan Oase yang biasa biasa saja. Bahkan baginya sama sekali tidak berguna. Tidak berarti.
"Berkali kali dia bertanya kepada dirinya sendiri, buat apa hidupnya yang begitu panjang kalau hanya
untuk terjebak di Oase itu. Saat Oase mulai mengering, saat orang-orang mau pindah, menyedihkan dia justru memaksakan diri bertahan. Mengutuk tubuh tuanya yang tidak bisa lagi diajak pergi. Benar benar kesia-siaan hidup.
"Delapan puluh tahun percuma...Dia menjalani masa kanak kanak sama seperti teman-temannya. Menjadi remaja yang tak bosan bicara cinta sama seperti remaja lainnya. Bekerja menjadi pandai besi. Menikah. Punya anak. Dan seterusnya. Sama seperti penduduk Oase lainnya. Istrinya meninggal saat tubuhnya beranjak tua, beberapa tahun kemudian anak-anaknya pergi ke kota kota lain. Dan dia tertinggal. Sendirian, hanya sibuk berteman dengan pertanyaan apa arti seluruh kehidupan yang dimilikinya. 
"Suatu hari serombongan karavan melintas di puing-puing Oase yang mengering. Mereka tiba persis saat Arab tua itu mati di rumah kecil dan buruknya. Lihatlah, hingga maut menjemput Arab tua itu tidak tahu apa sebab-akibat hidupnya. Karavan itu tidak peduli, meneruskan perjalanan setelah mengisi penuh-penuh tempat air. Hanya satu yang peduli. Orang itu berbaik hati menguburkan Arab tua tersebut.
"Kau tahu, ternyata orang yang berbaik hati itu terselamatkan atas pembantaian Suku Badui, kawanan bandit yang menguasai gurun. Karavan yang pergi lebih dahulu itu ternyata binasa, tidak bersisa. Orang yang berbaik hati menguburkan Arab tua itu baru berjalan esok harinya, menemukan bangkai dan sisa sisa pertempuran mereka saat meneruskan perjalanan.
"Tahukah kau, lima generasi berikutnya, dari orang yang berbaik hati itu ternyata lahir seorang manusia pilihan. Manusia pilihan yang orang-orang kelak menyebutnya al amin.
"Bukankah kita tidak tahu apa yanng akan terjadi kalau Arab tua itu tidak meninggal hari itu bukan?Orang baik itu juga ikut terbantai, bukan ?Apakah yang akan terjadi terhadap kelima keturunannya kalau Arab tua itu tidak tinggal mennyesali diri di Oase. Bagaimana dengan nasib pembawa risalah itu. Itulah sebab-akibat kehidupannya. Yang sayangnya tidak dia ketahui hingga maut menjemputnya."

Itulah mengapa tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia sia dalam kehidupan, akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke orang lain.

                                                 Dikutip dari: Novel "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" - Tere Liye

No comments:

Post a Comment