Friday 5 July 2013

Maafkan kami yang pelupa ini, Pak

Rabu, 3 Juli 2013. Cerita bermula ketika saya mengantarkan teman saya ke Balai bla bla bla (lupa namanya) di daerah Kalasan dalam rangka pengambilan berkas untuk mengikuti test masuk STAN. Perjalanan dari kos saya menuju tempat tersebut berlangsung secara terburu buru karena kami berangkat mepet. Beruntung, sampai disana nomor antrian yang dipanggil baru 580, sedangkan nomor antrian teman saya (untuk selanjutnya, teman saya sebut saja Sri) adalah 590an. Hanya lima menit sampai akhirnya tiba giliran Sri. Setelah pengambilan berkas beres, kami segera cabut. Rencananya kami akan ke pantai. Tapi apa daya, di tengah perjalanan, hujan tiba tiba turun dengan amat derasnya. Benar benar -hujan di musim kemarau- yang menyebalkan.
Akhirnya, kami pindah haluan untuk beli Es Pisang Ijo saja, menghilangkan rasa badmood gara gara tidak jadi ke pantai. Setelah nongkrong sekian lama di Pisang Ijo, kami jalan jalan tak tentu arah sampai kemudian berhenti di GSP UGM. Karena bingung tidak tahu harus ngapain, kami memutuskan untuk sepeda-an saja dengan sepeda kampus UGM.  Di tempat peminjaman kami disuruh untuk mengeluarkan KTM. Fyi, Sri bukan mahasiswa ugm. Kemudian saya menatap Sri penuh arti yang artinya bikin alesan apa kek. "KTM saya ketinggalan, Pak", kata Sri. "Pakai KTP saja kalau begitu", kata si Bapak. Skenario tidak berjalan lancar, karena tiba tiba Sri kebingungan mencari KTPnya. Sri heboh karena ternyata mapnya tidak ada dan entah dimana. Padahal, selain berisi KTP, mapnya juga berisi ijazah asli dan kartu ujian untuk masuk STAN. Betapa paniknya kami. Akhirnya, kami tidak jadi sepeda-an. "Kapan terakhir kamu bawa map?", tanyaku. Sri cuma bingung. Kami mencoba mengingat ingat. Tapi kami tak ingat apa apa. Mencoba mengingat lagi. Masih belum menemukan pencerahan.
Sri: "Ketinggalan di Pisang Ijo kali ya"
Aku: "Tapi seingatku kamu tadi nggak bawa map waktu di Pisang Ijo, lagian di meja tadi juga nggak ada map, masak kamu taruh di kursi. Kursinya kecil gitu"
S: "Iya sih, jangan jangan ketinggalan di Kalasan, gimana dooong?"
A: "Iya kali, waktu kamu pakai jaket mungkin mapnya kamu taruh dulu terus lupa ambil, kamu pake jaket dimana?"
S: "Lupa, kayaknya di parkiran"
A: "Jangan jangan kamu taruh di motor orang, terus kebawa"
Kemudian tanpa berpikir lagi, kami langsung kembali ke Kalasan, menuju tempat parkir. Akan tetapi, setelah bertanya pada beberapa tukang parkir, ternyata tidak ada yang tahu.
S: "Mungkin ketinggalan di dalam"
A: "Iya kali, tadi kan kamu benerin sepatu terus duduk di kursi, pasti kamu tinggal disitu"
Kami segera masuk dan menanyakan pada petugas jaga. Dengan cueknya bapaknya bilang tidak ada. Kami tanya pada bagian informasi. Dengan cueknya bilang tidak tahu. Di pos satpam juga tidak ada orang yang lapor menemukan. Kami pun tanya pada petugas kebersihan. Bapak yang ini baik, meskipun tidak tahu tapi dia berusaha membantu. Menemani kami mencari dan bertanya pada petugas petugas yang lain. Sampai atasan dan pegawai pegawai lain heboh. Ikut prihatin dengan barang barang Sri yang hilang, terutama ijazah asli. Untuk kartu ujian masih bisa diurus. Atasannya bilang kartu ujiannya akan dia printkan lagi. Kemudian bisa diambil tanggal 8 dengan syarat Sri harus mengurus ijazahnya dulu. Si Atasan kemudian bertanya "Memangnya ketinggalan dimana mbak, kok bisa?"
"Di kursi sana, Pak. Tadi saya benerin tali sepatu terus lupa saya tinggal", kata Sri
"Yakin ketinggalan di kursi? Enggak di tempat lain sewaktu kalian pulang? Coba diingat ingat tadi kalian kemana saja setelah dari sini."
"Yakin ketinggalan disini, Pak"
"Tapi kok bisa nggak ada ya? Mungkin sudah ikut disapu dan dibuang di sampah"
Kemudian Si Atasan menyuruh beberapa petugas kebersihan untuk mencari di tempat sampah. Ya, mengobrak abrik bak sampah yang sampahnya segunung dan baunya aduhai itu. Kami sebenarnya juga tidak tega, tapi mau bagaimana lagi. Tidak berapa lama, menyusul lagi beberapa petugas kebersihan untuk membantu mengobrak abrik tempat sampah. Mungkin si Atasan lagi yang menyuruh. Ada yang terlihat jengkel disuruh mengobrak abrik tempat sampah. Tapi, berhubung yang menyuruh atasan ya mau bagaimana lagi. Setelah bermenit menit berlalu, tidak keliatan juga yang dicari. Akhirnya kami pasrah. Sri meninggalkan nomor hp jika sewaktu waktu mungkin ditemukan. Kami meminta maaf pada semua karena sudah merepotkan, kemudian kami pulang. Sampai di hampir pintu gerbang ada pak satpam yang ribut tentang ijazah.
"Pak, saya mendengar bapak bilang ijazah. Apa bapak menemukan ijazah ?"
"Oh iya, ayo ikut bapak ke dalam"
Setelah dilihat ijazah yang ditemukan, ternyata itu bukan milik Sri. Heran sekaligus jengkel. Punya si cowok itu aja ijazahnya ketinggalan dan ketemu, tapi kenapa punya Sri tidak? mungkin nasib baik sedang tidak berpihak pada kami.
Sebelum pulang ke kos, kami ke Es Pisang Ijo. Sudah tidak berharap lagi sebenarnya, kami sudah pasrah. Kami tidak yakin ijazahnya ketinggalan disitu, tapi ya untuk memastikan saja daripada tidak dilihat disitu. Dan ternyataaa.... ijazahnya ketinggalan di Es Pisang Ijo. Kami berteriak gembira sambil tertawa tawa, menertawakan kebodohan kami. Di sisi lain, kami malu dan merasa bersalah banget pada Si Atasan dan teman temannya. Padahal tadi disana kami terlihat yakin. Apalagi tentang insiden sampah tadi. Kalau mereka tahu ternyata ketinggalan di Es Pisang Ijo, bagaimana perasaan bapak bapak tadi ya? -___-
Terkadang, lupa juga susah untuk dimaklumi ya, dan menyebalkan untuk sebagian pihak. 

No comments:

Post a Comment