Friday 20 February 2015

Sindiran Buat Diri Sendiri

apakah itu ?
jawabannya adalah......POTK
Habis tes potk. Nggak lolos. Pening. Butuh refreshing. Mau ngoceh. Haha
Nggak habis pikir sama POTK yang CUMA 2 SKS tapi rasanya nggak cuma 2 sks. Baru minggu KRS-an udah sibuk pegang soal aja. Berasa mau ujian. Mendadak manusia-manusia tekkim lebih rajin dari biasanya -kecuali yang udah POTK-. Kenapa kalau ujian nggak bisa serajin ini? Padahal mereka semua kan kalau dijumlah lebih dari 2 sks?
POTK selain menyebalkan, membuat saya menyadari beberapa hal.

Yang pertama, jangan gampang percaya mitos ya!
- Santai aja, Bu ** mah yang keluar yang gampang kok *percaya gara-gara pas percepatan yang lolos puluhan sendiri*
- Bu ** mah yang keluar cuma nomor awal-awal aja *meskipun ada beberapa versi, ada yang bilang 20 soal awal, 30, mentok ya 40
- Soal barunya Bu ** gampang, cuma dibolak-balik *kalau yang ini bukan mitos*
Masuk ruang RKU dengan percaya diri berbekal 40 soal pertama -berharap bisa lolos-. Setahu saya soal barunya nomor 1. Ternyata itu soal lama, tapii nomor 61. Pantesan.
Yang lolos satu dan dua dewa banget lah kalian. Salut.
Yang kedua, belajar untuk tahan terhadap tekanan !!
Gimana nggak tekanan kalau ngerjain 4 soal disuruh BENAR SEMUA?
Apa sih esensinya disuruh benar semua? Penasaran. Wahai dosen-dosen pembuat soal POTK, tolong jelaskan.
Emangnya praktikum POTK se-bahaya apa gitu efeknya kalau kita salah dikit sampai tesnya harus perfect?
Oke, mungkin esensinya disuruh bener-bener paham sama mata kuliah yang ada hubungannya sama POTK biar pas praktikum paham apa yang di-praktikum-in. BIAR BELAJAR juga kali ya. Tapi, buat orang-orang yang susah buat sempurna, bukannya tambah paham tapi tambah stres.
Sebenernya nggak bikin paham juga sih, orang kebanyakan pada short cut ngapalin SP.
Yang ketiga, saya menyadari efek buruk sistem belajar SKS!
Sebenarnya soal-soal POTK itu kan cuma gabungan dari mata kuliah TBS,AIK,OPB,OPMP, sama apa ya yang satu ?
Intinya, saya udah belajar semua itu.
Tapi, kenapa waktu ngerjain tetep SANGAT TERGANTUNG PADA SP?
Pertama, saya bahkan waktu melihat soal OPB di soal POTK bertanya-tanya "emang pernah ya diajarin ini?"
Mungkin saya sedang tidak memperhatikan atau memang tidak diajarkan. Kalau seingat saya sih tidak diajarkan, tapi pernah disinggung. Sesuatu yang bisa dipelajari sendiri ya pelajari sendiri, di buku ada ya baca sendiri, di kelas itu cuma ngasih tahu yang kira-kira nggak bisa dipelajari sendiri,  atau mungkin yang nggak ngerti bisa ditanyain atau didiskusiin di kelas. *kata-kata dari salah satu dosen favorit saya, sepertinya beliau sangat gemas sama anak tekkim yang keliatannya masih plonga-plongo kalau ditanya sesuatu.
Kedua, yang dulu saya bisa sekarang saya lupa. Ya kalau belajarnya aja cuma semalem, yang dipelajari ya cuma bertahan semalem. Kasarannya sih gitu. Rumus cuma dihafal nggak dipahami, ya mana sekarang ingat. Seolah-olah tetep aja belajarnya kayak dari nol (lagi). Jadi, 5 semester kuliah dapet apa? Kadang sok-sokan bilang jangan terlalu fokus sama hard skill, tapi kalaupun soft skill bagus tapi nggak ngerti apa-apa tentang ilmunya sendiri ya apa bagusnya. 

Yang menjadi masalah lagi adalah saya masih tidak bisa menyesuaikan diri dengan macam-macam dosen. Saya senang dengan dosen yang mengajarkan benar-benar dari konsep dasar *yang keliatannya sepele tapi penting*, dosen yang membuat kita sadar bahwa kita masih belum tahu apa-apa dan perlu banyak belajar, yang kalau di kelas neranginnya jelas dan -materi yang akan diajarkan itu tentang apa- jelas, yang cara mengajarnya tidak membosankan dan tidak bikin ngantuk. Sesuatu yang ideal ya memang hanya segelintir. Sampai kapan saya tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi tidak ideal ini?

Entahlah. Yang jelas, saya bersyukur mendapat nilai OPMP buruk. Saya dari dulu penasaran sama bapak yang satu itu. Sekarang akhirnya kesampaian diajar beliau. Bahkan saya baru tahu sekarang bedanya OPB sama OPMP. Dulu saya bingung bedanya apa, yang dipelajari cuma beda tipis, kayak belajar dua kali di kelas yang beda. Rasanya sih gitu. Atau saya yang dulu kebanyakan tidur jadi kurang tahu sebenarnya dulu belajar apa?

Sempat kepikiran, kalau KP saya ngapain ya? Emang saya punya apa yang bisa diapain sih?
Bahkan cuma nyusun neraca massa yang dari dulu sebenarnya udah diajarkan berkali-kali di mata kuliah mana saja tetap saja masih agak bingung. Ya jelas bingung. Nggak paham fenomena tapi udah gaya banget mau nyusun model matematisnya. Selama ini kan cuma ngapalin SP. Kalau kayak gini biasanya neraca massanya gini (tapi sebenernya nggak tau kenapa kok bisa gini).

SP membuat pikiran saya tumpul. Bahkan praktikum saja ngerjain laporannya pake master. Kapan benar-benar BELAJAR dalam arti yang sesungguhnya?
Salah siapa? Yang buat SP? Yang minjemin laporan?
Salah sendiri tidak bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dengan TEPAT. Tujuan sebenarnya cuma MEMBANTU. Bukan menjadi CANDU.

Buat yang masih berjuang untuk POTK, jangan lupa belajar POTK ya, tapi jangan lupa juga untuk tidak MENDEWAKAN POTK. Semangaaat.

Satu lagi. Tentang Insinyur Proses. Masih belum kebayang.

Ngomong-ngomong tentang Insinyur Proses jadi inget ini.
Tingkatan berpikir dari yang level rendah sampai level tinggi adalah sebagai berikut:
1. Knowledge
mengetahui dan mengingat
2. Comprehension
sudah sampai tingkat memahami
3. Application
bisa mengaplikasikan
4. Analisis
menguraikan sesuatu atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian, intinya harus ada pemahaman yang mendalam
5. Sintesis
kebalikannya analisis, bisa menyatukan berbagai bagian untuk sebuah bagian yang lebih besar, kalau anak tekkim ya bisa mendesign
6. Evaluation
mengevaluasi dan mengkritisi
Nah, engineer itu harusnya udah sampai poin 6, paling nggak ya 5 lah kalau masih baru
Idealnya anak tekkim itu jadi insinyur proses, nah kalau lulus udah harus sampai poin 5-6 (meskipun nggak semua aspek yang dipelajari yang harus segitu), maka kalau udah mau lulus gini -udah tinggal berapa semester lagi- kira-kira harus udah sampai mana hayo?
Kalau masih aja lupa apa yang sudah dipelajari (terutama yang chemeng toolsnya), berarti kan masih tahap 1. Hmmm

Wis yo, aku meh maem sik.

Bye.

2 comments: