Mungkin ketika SMA, kita iri melihat tetangga sebelah yang
berstatus mahasiswa. Dia berangkat kuliah tak perlu pagi pagi buta, baju bebas,
bahkan terkadang tidak berangkat kuliah sama sekali. Padahal setelah kuliah, kadang kita iri melihat anak SMA. Ya, itulah manusia haha
Sebelum mulai mengatur strategi sukses kuliah, kita perlu
tahu medan tempur kita. Inilah perbedaan esensial antara belajar di SMA dan di
Perguruan Tinggi
Tanggung Jawab Lebih Besar
Di SMA, hampir seluruh waktu belajar kita di sekolah sudah
ditentukan. Intinya, wajib hadir di kelas pada semua mata pelajaran yang
berlangsung pada jam yang hampir sama setiap hari. Istilahnya, tinggal ngikut
lah
Di universitas, tidak semua dosen mewajibkan mahasiswa hadir. Terserah mau datang atau tidak. Meskipun tetap ada batas kehadiran minimum. Tapi jangan buru buru memutuskan hanya masuk saat ujian. Percayalah, kita akan ketinggalan banyak sekali kalau jarang masuk.
Di universitas, tidak semua dosen mewajibkan mahasiswa hadir. Terserah mau datang atau tidak. Meskipun tetap ada batas kehadiran minimum. Tapi jangan buru buru memutuskan hanya masuk saat ujian. Percayalah, kita akan ketinggalan banyak sekali kalau jarang masuk.
Berbeda pula dengan SMA, sering kali terdapat waktu kosong
antara dua kuliah. Tergantung kita, mau dimanfaatkan untuk apa waktu kosong
tersebut. Belajar? nongkrong? ngrumpi? maen kartu? browsing? jalan jalan? nge-game? Jawabannya terserah kita.
Tanggung jawab lain yaitu menyangkut status perantau yang
disandang banyak mahasiswa. Jauh dari orang tua berarti kita harus mengelola
keuangan sendiri, memperhatikan kesehatan, dan belajar mandiri tanpa ada yang
harus mengingatkan.
Kecepatan Mengajar Lebih Tinggi
Pada awal awal kuliah, kita akan segera merasa bahwa dosen
menyampaikan bahan dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada waktu kita di
SMA. Bahan pelajaran SMA satu tahun bisa habis hanya dalam satu semester.
Meskipun ada sebagian mata kuliah yang serupa dengan
pelajaran SMA seperti Fisika Dasar, Kimia Dasar, tapi tingkat kedalamannya
sangat berbeda. Konsep sangat perlu dimengerti. Cara cepat dari bimbel sudah
tidak mungkin diterapkan. Apalagi, mayoritas ujian di bangku kuliah adalah
ujian essay.
Kendala lain yang timbul yaitu banyaknya buku teks yang
berbahasa Inggris. Untuk yang belum expert bahasa Inggris, jangan dulu menyerah
atau ilfeel. Sebagai trik, sebelum melahap buku buku asing itu, cobalah
memahami catatan kuliah atau buku buku berbahasa Indonesia tentang materi
tersebut. Cara ini memang sepertinya
menghabiskan waktu. Tapi ya mau bagaimana lagi. Daripada langsung belajar dari
situ dan tidak mudeng, sama saja tidak efektif bukan? Selain itu, perbendaharaan
kata dalam buku teks sebenarnya tidak terlalu banyak. Dalam beberapa minggu,
insya Allah akan terbiasa.
Tugas Tidak Selalu Diperiksa
Pada saat kuliah, dosen sering memberikan tugas membaca,
pekerjaan rumah atau meminta kita mengerjakan soal soal tertentu tanpa harus
dikumpulkan. Bahkan kalau dikumpulkan, biasanya juga tidak diperiksa.
Meskipun begitu, itu adalah tanggung jawab pada diri kita
sendiri untuk mengerjakan tugas tugas tersebut. Biar bagaimanapun, tumpukan
soal yang menyebalkan itu merupakan bagian dari proses pembelajaran yang
tentunya sudah dirancang oleh dosen. Mengerjakan tugas tugas juga akan membantu
kita dalam menyiapkan ujian. Percayalah, tugas tugas tersebut ada esensinya,
ada manfaatnya, bukan untuk memberatkan kita.
Namun, ada saja sebagian orang yang masih berpikiran tidak
mau mengerjakan, kan tidak dikumpulkan. Masih berpikiran ngapain dikerjakan
sungguh sungguh, kan tidak diperiksa, nyontek juga tidak akan ketahuan. Nah,
pemikiran semacam ini lah yang membuat seseorang susah untuk sukses. Bagaimana bisa
cara berpikirnya akan berkembang? Bagaimana bisa pola pikirnya akan jauh lebih
matang? Bagaimana mungkin dia mampu menguasai ranah ilmunya
Jumlah Ujian Lebih Sedikit
Dosen di perguruan tinggi tidak akan terlalu sering
mengadakan ujian. Untuk satu mata kuliah, dosen mungkin hanya mengadakan dua
kali ujian, UTS dan UAS.
Jumlah ujian yang sedikit ini mungkin terdengar
menyenangkan, tapi tunggu dulu, dengan jumlah yang sedikit bahan untuk ujian
tentu akan lebih banyak dan mungkin sekali bahan ujian akhir adalah materi dari
awal, bukan hanya materi sesudah UTS seperti saat SMA.
Dan sekali mendapat nilai jelek, tentu akan sulit
menebusnya. Menyiapkan ujian dengan belajar teratur tentunya merupakan strategi
yang perlu diterapkan. Mungkin dulu ketika SMA orang yang belajar teratur
dianggap cupu. Tapi menurut saya, saat kuliah orang yang belajar teratur akan
jauh lebih survive. Sulit sekali bagi pemalas untuk mendapatkan nilai yang
memuaskan, tidak seperti saat SMA dulu.
Nilai Lebih Tegas
Waktu SMA, anak yang mendapat nilai 95 terlihat jelas lebih
baik dari yang mendapat nilai 81. Tapi tidak di universitas. Disini, hanya ada
nilai A, B, C, D dan E. Biasanya rentang nilai A adalah 80-100. B antara 65-79.
Tapi, sekali lagi, batas minimum suatu nilai antara dosen yang satu dengan yang
lainnya akan berbeda. Bila kita mendapat nilai jelek, biasanya akan ada remediasi
atau bisa juga mengulang. Tapi, jangan sampai itu terjadi, karena akan membuang
buang waktu.
Cara Belajar Yang Berbeda
Sering mendengar istilah SKS ?Bukan Sistem Kebut Semalam,
bukan juga Sistem Kebut Sedapatnya. SKS yaitu Satuan Kredit Semester. Yang artinya, satu jam kegiatan tatap muka (kuliah),
satu jam kegiatan terstruktur (response atau tutorial) dan satu jam belajar
mandiri. Wow wkwk.
Dengan begitu, tatap muka dengan dosen paling paling hanya
18 jam seminggu. Berbeda jauh dengan SMA yang bisa melebihi 30 jam per minggu.
Sangat mungkin ada hari tertentu yang kosong dari jadwal kuliah. Tapi jangan
lupa, masih ada waktu yang harus dialokasikan untuk kegiatan terstruktur dan
belajar mandiri. Tugas terstruktur sebenarnya tidak selalu diadakan, maka
artinya belajar mandiri semestinya dilakukan dua jam per SKS
Tipsnya adalah, supaya tidak harus belajar sampai tengah
malam, sebaiknya waktu kosong antara dua kuliah tidak dihabiskan dengan
ngobrol, ngopi, atau duduk duduk saja. Manfaatkan untuk belajar.
Sumber: Buku Strategi Sukses di Kampus (Dr. Ichsan S. Putra dan Ariyanti Pratiwi, S.Si)
*dengan sedikit bumbu-bumbu tentunya, hehe
Masih banyak strategi sukses lainnya, silahkan beli bukunya saja jika tertarik
Jadi kangen SMA lah.
ReplyDeletenormal people allways said like that :D
DeleteKalo saya, jadi kangen menjadi mahasiswa. hheu..
ReplyDeletesudah bekerja ya? saya juga pasti akan begitu nantinya, hehe
DeleteTerima Kasih, sangat bermanfaat
ReplyDeletesama sama
Deleteterimakasih juga sudah membaca :)