Friday 2 August 2013

Renungan Pasca UAS

Portal akademik. Nano nano rasanya. Ada yang dibikin sedih, tertawa bahagia, seneng, nangis, biasa saja, down, fly over,  tertekan, tidak terima, pengen banting laptop, dsb.
Saya termasuk yang “biasa saja” sih kayaknya. Kemarin saat akhirnya IP muncul di portal yang ada di pikiran saya hanyalah “hahaha persis seperti dugaanku, huruf-huruf yang tidak diinginkan muncul, IP turun, semua prediksi nilai tepat akurat kecuali FPI yang mndapat sedikit keajaiban, alhamdulillah.”
Untuk berjaga jaga, saya tidak akan menanyakan IP teman teman saya karena khawatir dapat terjangkit penyakit iri, hehe
Esok harinya, IP ternyata lumayan mnjadi trending topic di sosmed. Kemudian saya jadi teringat kata kata Ibu DPA saya saat KRS-an dulu. “Sudah cukup bagus, dipertahankan ya”. Entah itu sekedar basa basi atau tidak, saya menganggapnya serius. Sejak itu, saya berniat akan meningkatkannya, belajar yang bener agar tidak mengecewakan ortu.  Tapi waktu berlalu dan setan telah mencuri niat saya. Saya lupa diri dan tiba tiba sudah UTS. Tiba tiba sudah UAS. Dan ternyata, bisa sekedar mempertahankan pun ternyata tidak. 
Teringat UAS beberapa pekan lalu.  Sebagian besar soal UAS tidak bisa saya kerjakan dengan maksimal, terutama BKTK (terimakasih kepada Pak R*hm*n dkk atas soalnya yang unpredictable dan un'done'able), FPI (sumpaah ini feelnya nggak bisa dapet, mau nyentuh aja rasanya udah enggan, apalagi menghafal kalimat demi kalimat fpi yang begitu absurd, ditambah lagi dosennya yang ....... jadilah saat mengerjakan juga ........), KO2 (kalau rajin baca solomon dan rajin latian soal pasti bisa, tapi masalahnya...............), MTK2 (ini udah belajar tapi ya tetep aja begitu ngerjain soal, muncul pertanyaan 'ini apa sih'...), Gamtek (ternyata teori juga banyak yang keluar, nggak cuma suruh nggambar), sisanya sudah berusaha saya buang dari ingatan.
Ya, seperti paragraf diatas, saya cenderung menyalahkan keadaan ya, hehe. Manusiawi, terkadang kita memang tergoda untuk menyalahkan keadaan.
Dan sebelum kita terlarut dalam kekecewaan, keterpurukan, dan ke-misuh misuh-an, simak baik baik ini.
Apakah kita enjoy saat kuliah ?
Apakah kita fokus saat kuliah? Atau malah memikirkan hal lain? Ataukah sibuk dengan gadget? Ataukah tidur ?
Apakah kita mengerjakan tugas dan PR dengan mandiri? Atau hanya mengeluh dan terus mengeluh bahkan sebelum mencoba? Kemudian akhirnya, kita hanya menyalin jawaban teman dengan cepat tanpa berusaha memahami.
Apakah ketika tidak paham, kita berusaha menurunkan gengsi kemudian bertanya?
Apakah saat menjelang UAS kita berdoa dengan sepenuh hati memohon petunjuk kepada Allah? Yap, bahkan saya hanya bisa mengingat saya melakukan berdoa yang benar benar berdoa bisa dihitung dengan jari, salah satunya saat SNMPTN dulu.
Kemudian, apakah kita terlalu sibuk dengan aktivitas lain sehingga tidak ada waktu untuk belajar?
Apakah kita sudah punya passion? Sudah punya cita-cita? Target?
Jika belum, maka mungkin itu salah satu faktor yang sangat dominan dalam hal penurunan semangat kita.
Masih banyak apakah yang lain yang membuat kita memang seharusnya pantas mendapatkan nilai yang tidak memuaskan.
Pernah ada kakak angkatan yang berkata seperti ini, “Semester awal itu masih mudah untuk mendapat IP bagus, manfaatkanlah dengan baik. Saya menyesal tidak memanfaatkannya dengan baik, karena meskipun saya sudah berusaha keras, semester semester berikutnya tidak mudah”. Mungkin ada yang biasa saja membaca kalimat itu. Sekali lagi mungkin benar adanya, kita tidak akan tahu bagaimana pahitnya keadaan sebelum kita mengalaminya sendiri.
Mungkin benar IP itu bukan sesuatu yang sangat penting. Yang penting adalah kita harus tahu ilmunya. Tapi terkadang di dunia kerja, di Indonesia, tidak bisa dipungkiri, ilmu kita pertama kali juga diukur dengan IP. Dan tidak munafik, saya ingin mencicipi cumlaude. Agar sewaktu saya diwisuda nanti bisa membuat orang tua saya bangga.  

Menulis postingan ini saya jadi teringat kata kata saya kemarin: quote after seeing 'portal akademik': "next semester I will study hard, I won't be lazy people like this semester", but the next semester the quote still the same.
Quote saya semester lalu, dan juga semester ini. Semoga tidak untuk semester tiga. Aamiin.

No comments:

Post a Comment