Friday 3 January 2014

TEGURAN

Jumat, 3 Januari 2014. Hari ini adalah hari bersejarah bagi saya. Kenapa bersejarah? karena hari ini adalah salah satu moment penting yang harus selalu diingat. 

Minggu ini adalah minggu tenang. Hari Rabu, tanggal 1 januari adalah ulang tahun saya, tepat umur saya memasuki kepala dua. Malam tahun baru saya lewati dengan pergi ke Bukit Bintang, menikmati indahnya pemandangan dari atas yang dari sana kita bisa melihat indahnya lampu-lampu kota yang dihiasi dengan beratus-ratus kembang api pada saat menjelang dini hari. Pagi harinya, saya langsung pulang kampung. Hari itu berlangsung menyenangkan karena banyak mendapat ucapan dan doa-doa dari teman teman dan sahabat saya. Malamnya adalah malam yang membahagiakan karena mendapat hadiah dari keluarga. Perayaan kecil-kecilan dengan keluarga dan teman dekat saya. Terimakasih kepada semua yang telah berpartisipasi membahagiakan saya pada hari ulang tahun saya. Semoga doa-doanya balik juga ke kalian :))

Tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Minggu tenang ini ternyata tidak tenang.
Sebelum UAS dimulai, saya berencana untuk menghabiskan waktu dirumah. Meskipun laporan saya sampai saat ini belum mendapat acc, tapi sejenak saya lupakan masalah itu. Sampai tiba-tiba pada hari Kamis, saya mendapat sms dari teman-teman yang kurang lebih berbunyi "Ir, absen KFmu kurang lho". Arti dari sms itu kurang lebih adalah saya harus segera balik ke jogja untuk mengurusnya, karena absensi kurang berarti tidak diijinkan mengikuti UAS. Saya tidak terlalu kaget menerima sms tersebut, karena saya akui saya memang jarang masuk dan dosennya pun juga jarang masuk. Jumat pagi, saya segera berangkat ke Jogja untuk mengurusnya. Dari pukul 10.00 - 15.30 saya menghabiskan waktu di kampus demi absensi tersebut. Saya mengajukan surat seperti ini:
 
 Bisa dibilang, saya santai saja menanggapi hal ini. Yang pertama, karena jujur saya merasa dosen ini yang seharusnya dipertanyakan. Terlambat pun beliau terkadang tidak tanggung-tanggung. Kuliah jarang masuk. Absensi dosen ini bahkan hanya 50%. Seharusnya jika mahasiswa dengan kehadiran <75% tidak boleh mengikuti UAS, dosen juga sebaliknya. Kehadiran <75% tidak boleh mengadakan UAS. Haha. Kasian yang absensinya >75% dong nggak boleh ikut UAS? Setidaknya jika ada peraturan seperti ini, tidak mungkin dosen tersebut kehadirannya <75%, kecuali kalau memang pengen di-demo satu angkatan.

Ke-santai-an saya mulai hilang ketika melihat absensi Termodinamika saya. Ya, 73%. Padahal tiga SKS. Hal tersebut dikarenakan Dosen tersebut tidak mengadakan kuliah sebanyak 2x karena ada urusan di Jepang dan tidak diadakan kuliah pengganti. Apakah dosennya salah? Menurut saya, tidak. Tidak tahu maksudnya. Tidak tahu aturannya sih kalau menyangkut dosen. Tetapi jika saya menyalahkan dosen, artinya saya hanya menyalahkan keadaan. Buktinya, yang lain juga bisa >75%, kenapa saya tidak? Kali ini, saya yang harus instrospeksi diri. 73% artinya dari 11x kuliah, saya tidak hadir sebanyak 3x.
Yang pertama, sepertinya karena saya sakit. Itu juga nggak pake surat, karena saya sudah memperhitungkan jika saya tidak masuk 3x, absensi saya masih aman (dihitung 14x pertemuan). Dan bodohnya saya, saya tidak pernah mempertimbangkan hal-hal tak terduga, seperti hari libur dan dosen ada urusan sehingga beliau tidak bisa mengajar. Yang kedua, saya lupa saya tidak masuk karena apa, tapi mungkin juga karena kesiangan. Yang ketiga adalah yang paling nyesek. Waktu itu, seperti biasa saya selalu berangkat mepet. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima. Dan tiba-tiba kunci motor saya entah dimana. Saya obrak-abrik kamar saya, tetap saja nihil. Mau sms teman minta nebeng, pasti mereka juga sudah berangkat kalau sudah siang seperti ini. Saya kemudian memutuskan jalan kaki. Jarak kos-kampus lumayan jauh. Setelah sampai di Sarjito, saya lihat sudah jam setengah 8 lebih. Saya tidak enak jika terlambat dengan durasi keterlaluan, karena faktanya banyak orang yang terganggu jika ada orang lain yang datang terlambat. Saya sudah batasi, saya tidak boleh terlambat lebih dari 15 menit. Jika terlambat lebih dari itu, saya lebih baik pulang. Kemudian, akhirnya saya pulang ke kos, tidak jadi ke kampus. Seandainya nekat, tidak akan ada 73%. Tapi tidak ada kata seandainya. Faktanya, saya tidak boleh mengikuti ujian sebanyak 5 SKS yang artinya nilai saya langsung E. Dan jika dihitung, IP saya maksimal hanya 3,1 jika semua mata kuliah kecuali 5 SKS tersebut mendapat A, yang artinya tidak mungkin mengingat UTS saya yang lumayan parah. Jika mendapat B, IP saya maksimal hanya 2,3. Menyesal? Entahlah. Galau? Tentu saja. Seharusnya hari ini saya sudah nyicil belajar, tapi saya tidak bisa konsentrasi mengingat ini. Bagi yang membaca ini, kalau mau menyalahkan atau nyokorke wajar saja. Memang saya yang salah. Tidak perlu disalahkan pun saya tahu itu. Menyalahkan adalah hak anda. Tapi jika saya sedih itu adalah hak saya.
Tapi saya yakin, semua pasti ada hikmahnya. Ini merupakan teguran dari Allah. Orang yang belum bisa membagi waktu dengan baik dan masih kebanyakan tidur seperti saya seharusnya jangan terlalu banyak ikut organisasi atau kegiatan. Masih ada waktu untuk menolak amanah itu. Bukan karena saya tidak mau, tapi saya lebih tau kapasitas diri saya. Dan pasti ada orang yang lebih mampu daripada saya. Semester depan, cukup tiga kegiatan saja, saatnya fokus kuliah. Karena, kuliah juga amanah orang tua. Setelah peristiwa ini, saya tidak berjanji untuk tidak membolos lagi dengan alasan yang tidak bisa diterima akal sehat di semester berikutnya. 
Belum ada hasil apapun sampai sekarang apakah saya diijinkan ikut ujian atau tidak. Dan ternyata melobi itu tidak mudah. Akan ada orang yang hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang saja. Tidak membantu, tetapi hanya melempar kata-kata nasihat yang kecil kemungkinannya bisa disebut nasihat. Doakan saya ya. Semoga saya bisa mengikuti Ujian Akhir 5 SKS tersebut. Aamiin

No comments:

Post a Comment