Friday 28 February 2014

Terimakasih Marching Band

Lagi pengen nulis. 70% curhat. Jadi, kalau yang nggak punya naluri kepo tinggi, males baca curhatan orang, jangan dibaca wkwk ntar nyesel.
Kali ini saya mau cerita tentang Marching Band. Ada yang nggak tau apa itu Marching Band? Kalau nggak tau coba deh nonton film yang judulnya "12 Menit", atau searching aja di youtube GPMB UGM, UGM aja ya jangan yang lain hahahaha *promosi*.
Sudah kurang lebih dua bulan saya bergabung dengan Marching Band. Mungkin banyak yang bilang ke temennya yang ikut Marching "marching terus, ke purna terus". Ya memang itulah Marching. Latihannya nggak main-main. Karena Marching itu identik dengan Kerja Keras. Salah satu senior Marching Band UGM saya mengatakan bahwa tidak ada yang namanya bakat, yang ada hanyalah kerja keras. Intinya, bakat itu hanya sepersekian yang menentukan keberhasilan di dunia Marching. Untuk bisa bermain, seseorang harus rajin berlatih, karena bermain alat musik sambil ber-display sangat melibatkan apa yang dinamakan memori otot. Bisa karena terbiasa. Pada awalnya, biarlah otak yang bekerja mempelajari teori-teori dalam bermain musik dan berdisplay, sisanya serahkan pada otot. Sebenarnya tidak hanya di dunia Marching saja berlaku teori bakat dan kerja keras tersebut. Seseorang yang berbakat tapi pemalas bagaimana mungkin akan sukses? Faktanya, sukses itu butuh kerja keras.
Dulu, saya memutuskan bergabung dengan Marching Band hanya karena satu alasan, ingin memainkan snare drum. Akan tetapi, yang saya dapatkan lebih dari itu. Di Marching Band, saya mendapat keluarga baru dari berbagai fakultas, macem macem banget lah orangnya, disini juga berasa nemu cewek beneran hahaha beda sama di Teknik *bukan berarti saya mau nyari cewek lho ya*, manajemen waktu saya juga dipaksa menjadi lebih baik karena latihannya yang memang memakan tidak sedikit waktu, dan memainkan stick adalah refreshing yang membuat ke-butek-an pikiran saya berkurang, huehehe. Nah, tapi sebenernya kalau kata salah satu senior -kata kebanyakan orang juga sih-, yang paling penting itu bukan apa yang kamu dapatkan dari kamu bergabung disini tapi apa yang bisa kamu berikan untuk unit ini, artinya dalam mengikuti organisasi apapun inilah poin pentingnya, semakin banyak kita bisa memberikan sesuatu untuk organisasi atau komunitas atau apapun yang kita ikuti, akan semakin banyak kita mendapatkan manfaatnya, yaitu pengalaman dan pendewasaan itu sendiri. Sederhananya, jika kita fokus pada apa yang akan kita dapatkan, kita akan lebih mudah untuk kecewa sedangkan jika kita fokus pada apa yang akan kita berikan maka kita akan lebih totalitas dan tulus dalam melakukannya. Semakin total, semakin ikhlas, semakin banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Dalam dunia Marching Band, hal yang paling sederhana yang bisa kita berikan untuk unit adalah bermain sebaik-baiknya, jangan sampai menjadi perusak dalam unit. Marching Band itu tentang kekompakan, keseragaman, jika ada satu saja yang salah maka yang tidak bagus bukanlah individu tersebut tetapi tim.
Duh, ini lama-lama saya ngomongnya kok kemana-mana ya haha. Nggak sesuai judulnya -__- Okedeh balik ke judul. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada MB UGM. Untuk pelajaran yang saya dapatkan selama dua bulan ini.
Dengan mengikuti Marching Band, saya jadi menyadari kalau saya itu tingkat kedisiplinannya rendah, hehehe. Terbukti dengan dalam dua bulan latihan saya belum pernah mengikuti apel dari awal. Adanya kalau nggak nyusul ya kena konsekuensi push-up gegara telat. Saya sadar jika hal ini saya biarkan bukan hanya saya yang susah tapi juga tim. Saya berterima kasih karena Marching Band menyadarkan saya bahwa telat itu juga bisa merugikan orang lain. Dalam dunia di luar Marching pun mungkin sebenarnya juga sama. Saya aja yang nyadarnya telat banget. Jangan mengira saya tidak berusaha, saya sudah berusaha kok buat berubah, mungkin karena telatan saya sudah mendarah daging sejak SMP makanya agak lama proses penyembuhannya. Doakan saja :3
Dengan mengikuti Marching Band, saya jadi menyadari bahwa tingkat fokus saya rendah. Saat latihan section *fyi di MB UGM ada 3 section yaitu brass (tiup), perkusi (pukul), color guard (visual/nari-nari)* sering tidak sengaja saya melamun kemudian pukulan saya kelebihan kalau nggak ya salah. Saat baris berbaris saya juga lumayan sering mendapat teriakan "matanya kemana-mana woi, lihat ke depan, fokus!" dan sejenisnya. Itulah yang saya bawa dari kebiasaan saya selama ini. Saya memang terbiasa tidak fokus. Saya berterimakasih Marching Band mengajari saya membiasakan diri untuk fokus, terutama ajaran ekstra di hari Sabtu-Minggu lalu. Saat di kelas, saya pun sering sekali tidak fokus. Fokus mendengarkan dosen full 1 sks aja susahnya minta ampun, apalagi kalau dosennya semacam kayak lagi mendongeng sebelum tidur. 2 sks tanpa ngantuk atau tiduran atau tidur beneran sudah semacam kejadian langka dalam kehidupan perkuliahan saya. Nah ternyata sebab dari semua itu adalah pandangan saya kemana-mana, pengennya ngobrol terus, niat saya untuk mendengarkan memang kurang, dan saya tidak mau memberikan usaha lebih untuk tetap fokus *bukan tidak bisa tapi memang tidak mau*. Setelah belajar ilmu fokus di Marching Band saya terapkan di kehidupan perkuliahan saya, ternyata saya pun bisa 3 sks tanpa tidur, bahkan saya sekarang sering mencatat. Pencapaian yang luar biasa :))) *biasa aja sih sebenernya, aku aja yg heboh u.u*
Dengan mengikuti Marching Band saya menemukan pelajaran yang jika dirangkum adalah menjadi quote semacam ini "Apapun itu, kamu bisa kok bertahan sampai akhir, asalkan jangan terlalu banyak memberikan toleransi pada diri sendiri." dan juga ini "Kebiasaan baik itu awalnya memang harus dipaksakan sebelum mendarah daging dalam hidupmu."
Quote pertama saya dapat di Pelantikan Hari Pertama. Saya belum makan pagi harinya, siang sampai sore tenaga benar-benar diforsir dan mental benar-benar diuji. Tak perlu saya ceritakan detailnya. Tapi sumpah rasanya saya sudah ingin pingsan. Bayangkan dari pagi belum makan, nggak ada makan siang, dikasih snack baru sore harinya sekitar hampir maghrib kalau nggak salah*nggak boleh bawa jam soalnya*, acara tetap jalan terus, drill *semacam baris berbaris, dasar untuk melakukan display* tak kunjung selesai, lutut rasanya sudah mau copot, apalagi telapak kakinya, sumpah sakit banget. Teringat dulu waktu SMA cuma disuruh upacara aja rasanya pengen cepet selesai, saya memang tidak terlalu suka sama yang namanya berdiri dalam waktu yang lama. Tapi yang saya ingat adalah kata-kata dari senior saya "Tanamkan dalam hatimu kata-kata ini, Aku capek, aku lelah, tapi aku kuat." Hanya itu senjata saya dan saya berhasil bertahan sampai malam berakhirnya acara di hari pertama tanpa mampir di P3K.
Quote yang kedua saya dapat di Pelantikan Hari Kedua. Seperti biasa, intinya berdiri dalam sikap siap dalam waktu yang lama. Tidak bergerak. Tetap jaga showmanship *pandangan ke depan, tangan kanan pegang stick arah 45 derajat, tangan mengepal, kaki tetap lurus*. Kalaupun capek, punggung pegal, atau bergerak sedikitpun harus balik kanan, kemudian kembali lagi ke sikap siap. Kuncinya adalah, paksa agar bisa tetap pada posisi tersebut dalam waktu yang lama, paksa agar jangan terbiasa balik kanan, lama-lama otot akan terbiasa, dan semua tidak akan seberat seperti saat di awal. Nah, kebiasaan baik juga seperti itu. Misalnya bangun pagi. Paksa agar saat mendengar alarm langsung bangun *langsung berdiri dan jalan kalau perlu, tidak perlu menunggu beberapa detik baru berdiri, apalagi 'bentar deh 5 menit' terus bablas*. Jangan berikan toleransi pada tangan untuk mematikan alarm. Pada awalnya memang berat, tapi lama-lama akan terbiasa dan akan menjadi kebiasaan. Begitu juga dengan kebiasaan baik yang lain. Sekali lagi, Terimakasih Marching Band. Viva Marching Band UGM!

No comments:

Post a Comment